Tresna menjelaskan, setiap peserta pelatihan harus melalui proses seleksi ketat. Pendaftaran dilakukan secara terbuka melalui media sosial dan WhatsApp blast, di mana calon peserta wajib mengisi data diri, melampirkan ijazah, serta memastikan status domisili sebagai warga Cimahi.
“Kami seleksi berdasarkan usia dan kualifikasi pendidikan minimal. Setelah lolos administrasi, mereka akan mengikuti wawancara daring melalui Zoom, lalu dilanjutkan dengan wawancara langsung,” katanya.
Namun, Tresna mengakui masih ada tantangan dalam pelaksanaan pelatihan. Salah satu kendala yang sering muncul adalah peserta yang mengundurkan diri di tengah proses.
Baca Juga:Pangkas Dana Transfer Daerah, Pakar Unpad Peringatkan Potensi KetimpanganYayasan Kasih Palestina Siap Bangun Kembali Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza
“Kadang peserta sudah berkomitmen ikut pelatihan, tapi dua hari kemudian mengundurkan diri karena mendapat panggilan kerja. Padahal sejak awal sudah kami tegaskan bahwa pelatihan harus diikuti penuh selama 10 hari,” tuturnya.
Disnaker juga menerapkan kebijakan bahwa peserta hanya dapat mengikuti satu program pelatihan dalam satu tahun, untuk memberi kesempatan kepada warga lain yang belum pernah mendapat pelatihan.
“Animo masyarakat tinggi. Jadi kami prioritaskan yang belum pernah ikut pelatihan sebelumnya agar lebih merata,” tambahnya.
Meski data resmi tingkat penyerapan kerja masih menunggu hasil survei bersama Badan Pusat Statistik (BPS), Tresna optimistis program pelatihan ini berdampak positif terhadap pengurangan angka pengangguran di Cimahi.
“Kalau dilihat dari pelatihan yang sudah berjalan, misalnya dari 40 peserta, separuhnya sudah terserap bekerja atau membuka usaha mandiri. Itu menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan,” pungkasnya. (Mong)