Pemkot Bandung Klaim Program Kang Pisman Selesaikan Sejumlah Persoalan, Benarkah?

Pemkot Bandung Klaim Program Kang Pisman Selesaikan Sejumlah Persoalan, Benarkah?
Ilustrasi area pemilahan program Kang Pisman di Kota Bandung. (Dok. Jabar Ekspres)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mendorong agar program Kang Pisman diintegrasikan dengan dua program lain, Buruan Sae dan Dapur Dahsat, di setiap rukun warga (RW).

Dirinya menilai sinergi tiga program itu dapat menjawab persoalan lingkungan, pangan, dan gizi masyarakat di tingkat akar rumput. Farhan menjelaskan, Kang Pisman (kurangi, pisahkan, manfaatkan) berperan dalam mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos.

“Kang Pisman mengolah sampah organik menjadi kompos, Buruan Sae memanfaatkan kompos itu untuk menanam sayuran dan pangan keluarga,” kata Farhan saat meninjau ke Kantor Kelurahan Wates, belum lama ini.

Baca Juga:Soal Pengolahan Sampah, Pemkot dan Pasar Induk Caringin Masih BuntuPengelola Pastikan Sampah Pasar Induk Caringin Masih Terkendali, Pengunjung: Sampahnya Tetap Menumpuk! 

Kompos itu kemudian dimanfaatkan dalam program Buruan Sae untuk menanam sayuran dan bahan pangan keluarga. Hasil panen selanjutnya digunakan dalam kegiatan Dapur Dahsat, yang menyiapkan makanan bergizi bagi anak-anak dan warga rentan.

“Lalu hasilnya dipakai di Dapur Dahsat untuk memberi makanan bergizi kepada anak-anak dan warga rentan. Jadi ini harus terintegrasi di tiap RW,” imbuhnya.

Sebelumnya, Farhan menyebut bahwa saat ini Pemkot Bandung baru mampu memilah, mengolah, memanfaatkan, dan memusnahkan 100 ton sampah per hari atau sekitar 10 persen dari total produksi.

Dirinyaa menargetkan kapasitas pengolahan ditingkatkan hingga 20 persen pada akhir tahun. “Nanti karena awal tahun, ritase pasti bakal jauh berkurang lagi,” kata dia.

Farhan menyebut, kegiatan Siskamling Siaga Bencana diharapkan mempercepat perwujudan program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan). Adapun jumlah RW yang masuk program Kawasan Bebas Sampah (KBS) menurun dari 400-an menjadi 300-an RW.

“Turun itu statusnya. Yang tadinya KBS mengolah minimal 30 persen sampah di dalamnya, sekarang sudah kurang dari 30 persen. Itu dievaluasi lagi statusnya,” pungkasnya.

0 Komentar