JABAR EKSPRES – Di tengah klaim surplus ketersediaan beras yang mencapai puluhan ribu ton, masyarakat Kota Bandung mulai merasakan adanya kelangkaan terhadap beberapa jenis beras premium yang biasa mereka konsumsi.
Meski tidak terjadi secara menyeluruh, kondisi ini cukup menjadi sorotan, terutama karena harga beras medium juga masih bertahan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, mengakui bahwa saat ini terdapat 1 hingga 2 merek beras premium yang stoknya mulai menipis di ritel modern. Merek-merek tersebut merupakan jenis yang cukup populer dan banyak dipilih masyarakat, sehingga absennya produk ini terasa signifikan meski secara total pasokan beras premium masih tergolong aman.
Baca Juga:Gerakan Pangan Murah, Solusi Nyata untuk Rakyat di tengah Gejolak HargaPantau Stok dan Harga Beras, Pemkot Bandung Kerahkan Enumerator
“Memang ada kekurangan stok untuk beberapa merek tertentu, tapi ini bukan kelangkaan beras premium secara keseluruhan. Di pasar ritel itu ada hampir 200 merek premium. Hanya saja masyarakat cenderung mencari merek tertentu yang memang stoknya saat ini terbatas,” jelas Gin Gin saat ditemui pada Senin (1/9/2025).
Menurut Gin Gin, kelangkaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya permintaan terhadap beras premium dan kecenderungan distributor untuk menahan distribusi akibat isu-isu tertentu yang sempat beredar beberapa waktu lalu terkait kualitas beras.
“Beberapa bulan ke belakang ada isu yang memengaruhi kepercayaan terhadap kualitas beras tertentu. Akibatnya, sejumlah distributor memilih untuk menyetop sementara distribusi beras sehingga stoknya agak berkurang,” tambahnya.
Di sisi lain, kondisi ini diperparah dengan harga beras medium yang masih melampaui HET. Saat ini, harga rata-rata beras medium di Kota Bandung tercatat berada di kisaran Rp13.900 per kilogram, sedangkan HET yang ditetapkan pemerintah adalah Rp12.500 per kilogram.
Meskipun demikian, Gin Gin menilai situasi harga masih relatif terkendali berkat sejumlah intervensi dari pemerintah, salah satunya melalui Gerakan Pangan Murah (GPM).
“Harga memang belum kembali ke HET, tapi kita tidak melihat lonjakan ekstrem karena adanya GPM. Dalam program ini, beras dari cadangan pangan pemerintah disalurkan melalui Bulog, dijual ke masyarakat dengan harga lebih rendah, bahkan di beberapa titik bisa di bawah Rp12.000 per kilogram,” ujarnya.
