Ketua DPP APINDO Jawa Barat Ning Wahyu Astutik menuturkan, pameran ini adalah ruang strategis yang menjembatani pelaku usaha, masyarakat, dan pemangku kepentingan.
“Acara ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kami yakin kemajuan ekonomi nasional bermula dari penguatan ekonomi akar rumput,” tutur Ning.
Ketua Bidang UMKM dan Koperasi APINDO, Ronald Walla, mengatakan bahwa APINDO tidak hanya memberi panggung bagi UMKM, tetapi juga memperjuangkan kebijakan pro-UMKM dan memperkuat kemitraan usaha besar dengan usaha kecil.
Baca Juga:PLN Icon Plus Perkuat Layanan Digital Terintegrasi Melalui MyICON+Begini Cara Pengajuan KUR BRI Cuma Lewat HP, Gak Perlu Datang ke Kantor Langsung
“Melalui Expo ini, kami ingin menciptakan ruang bertumbuh, berinovasi, dan menjalin kemitraan strategis lintas sektor. Ini adalah bentuk nyata komitmen kami sebagai pendamping dan advokat UMKM,” ujarnya.
Dia berharap, UMKM Indonesia naik kelas, lebih inovatif, lebih terhubung, dan menjadi motor pertumbuhan yang kuat dan mandiri.
APINDO Expo & UMKM Fair 2025 mempertemukan ribuan pelaku UMKM dengan pelaku usaha besar, pemerintah, investor, dan pemangku kebijakan lainnya dalam satu ekosistem kolaboratif.
Tidak hanya pameran produk unggulan dari berbagai daerah, Expo ini juga menghadirkan workshop tematik, pelatihan, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), peluncuran buku panduan Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk UMKM dan diskusi kebijakan yang membahas isu-isu krusial UMKM seperti digitalisasi, ekspor, pembiayaan inklusif, serta inovasi produk dan manajemen usaha.
UMKM yang masih dibatasi oleh tantangan struktural dilatarbelakangi oleh keterbatasan akses pembiayaan, minimnya adopsi teknologi, dan rendahnya integrasi dalam rantai pasok.
Hasil survei APINDO menunjukan 51 persen UMKM kesulitan memperoleh pembiayaan, 80 persen masih bergantung pada modal pribadi, dan hanya 4,1 persen yang berhasil menembus rantai nilai global sehingga tertinggal jauh dibandingkan Vietnam (24 persen), Thailand (29 persen), atau Singapura (41 persen). Kesenjangan ini bukan hanya soal kapasitas, tetapi juga persoalan akses, keterhubungan, dan kolaborasi lintas sektor yang belum optimal.
Salah satu komitmen jangka panjang, APINDO menghadirkan program APINDO UMKM Merdeka (AUM) sebagai model pemberdayaan berbasis kolaborasi pentahelix yang melibatkan dunia usaha, pemerintah, akademisi, hingga komunitas. Tahun 2024 lalu, program ini telah menjangkau 425 UMKM di 9 provinsi, melibatkan 247 mahasiswa dari 164 perguruan tinggi, didampingi 173 mentor dan 27 perusahaan mitra.
