JABAR EKSPRES – Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 8 Cimahi menawarkan sistem pembelajaran berbeda dari sekolah pada umumnya.
Sekolah ini menerapkan tiga kurikulum sekaligus yang dirancang khusus untuk membentuk karakter dan membekali siswa dari keluarga miskin dan miskin ekstrem agar siap bersaing dalam pendidikan formal.
SRMP 8 Cimahi hadir sebagai salah satu solusi pendidikan inklusif yang menyasar anak-anak dari keluarga tidak mampu, dengan sistem pembelajaran yang unik.
Baca Juga:DPR RI : Kebijakan PPATK Blokir Rekening Nganggur 3 Bulan Bikin Gaduh!Kemenkeu Lakukan Penyesuaian Pajak Kripto, Bentuk Keadilan Usaha?
Kepala SRMP 8 Cimahi, M. Ikhsan Ramadhan, mengungkapkan pihaknya menerapkan tiga kurikulum utama, yakni kurikulum nasional, kurikulum keasramaan, dan kurikulum persiapan.
“Untuk sistem pembelajarannya di SRMP 8 Kota Cimahi memang cukup berbeda dengan sekolah pada umumnya karena kami menerapkan tiga kurikulum,” ujar Ikhsan saat ditemui Jabar Ekspres di sekolah, Jumat (1/8/2025).
Kurikulum pertama, lanjut Ikhsan adalah kurikulum nasional, sebagaimana yang diterapkan di sekolah formal lainnya. Kedua, kurikulum keasramaan, yang menjadi pembeda paling signifikan dengan sekolah biasa.
Kurikulum ini, kata Ikhsan, menitikberatkan pada pembentukan karakter dan kedisiplinan siswa. Setiap hari, kegiatan siswa dimulai pukul 4 pagi. Mereka menjalankan salat subuh berjamaah, dilanjutkan dengan mengaji, olahraga pagi, dan sarapan bersama.
Setelah itu, siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar hingga pukul 15.00 WIB. Usai sekolah, kegiatan kembali berlanjut di asrama dengan salat asar, zikir, hingga menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Pada malam hari, kegiatan diisi dengan aktivitas keagamaan,” jelas Ikhsan.
Sementara kurikulum ketiga adalah kurikulum persiapan, yang diterapkan selama dua bulan pertama. Di fase ini, siswa tidak langsung mempelajari pelajaran inti, tetapi diberikan pengenalan materi dasar seperti matematika, sains, dan bahasa.
“Untuk kurikulum persiapan ini berbeda dengan sekolah lain. Bukan berupa mata pelajaran biasa, melainkan kegiatan yang dirancang khusus untuk mempersiapkan anak masuk ke kurikulum inti,” tambahnya.
Baca Juga:Ketua KPU Cimahi Terseret Isu Dugaan Perselingkuhan, Sang Istri Bongkar Fakta dan Lapor ke KPU RILewat Program Literasi Kebangsaan, GP Ansor Ajak Pemuda Cimahi Perkuat Identitas Pancasila
Proses ini dianggap penting mengingat siswa yang masuk tidak melalui seleksi akademik. “Siapa pun yang memiliki semangat belajar dapat diterima,” ujar Ikhsan.
Oleh karena itu, perlu ada proses matrikulasi untuk menyetarakan pemahaman awal siswa, agar ketika masuk pelajaran inti mereka bisa mengikuti dengan baik.
