JABAR EKSPRES – Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatatkan tren positif pada sektor Pariwisata pada Juni 2025. Padahal para pelaku usaha sektor Pariwisata tengah bergejolak. Mereka mengaku terhimpit buntut dari kebijakan larangan study tour oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Lantas siapakah yang salah.
Tren itu terlihat dari beberapa update data yang baru dipublikasikan, Jumat (1/8). Misalnya, tren perjalanan Wisatawan Nusantara (wisnus).
Tercatat jumlah perjalanan wisnus periode Juni tembus 18,75 juta perjalanan. Angka itu menunjukkan tren kenaikan dibandingkan periode Mei yang ada di 17,70 juta perjalanan.
Baca Juga:Fenomena Gemuruh dan Getaran Misterius, Warga di 2 Desa Bandung Barat KetakutanPedagang Ayam Cimahi Tertekan Perang Harga hingga Ancam Gelar Demo, Ini Kata Disdagkoperin
Bahkan, capaian perjalanan wisnus periode Januari – Juni 2025 menunjukkan tren tertinggi sejak 2021. Dalam periode itu tercatat ada 107,09 juta perjalanan.
Di Juni 2025 ini beberapa kota kabupaten di Jabar menjadi tujuan. Tertinggi ada di Kabupaten Bogor dengan 14,48 persen. Lalu Kota Bandung dengan 11,04 persen dan Kabupaten Bandung 6,86 persen. Kota Kabupaten ini termasuk pusat kegiatan pariwisata di Jabar.
Plt Kepala BPS Jabar Darwis Sitorus menuturkan, pengukuran perjalanan wisnus maupun wisman memang masih ada beberapa kelemahan. Itu terkait metode yang digunakan.
“Kami menggunakan Mobile Positioning Data atau MPD. Itu melihat pergerakan ponsel masyarakat, ” katanya.
Darwis melanjutkan, penggunaan ponsel itu kan juga terbatas. Misal untuk anak-anak yang memang belum semua pegang. Ponsel cenderung dibawa orang dewasa. Padahal kalau liburan itu satu keluarga ada anak-anak juga. Apalagi momen libur sekolah.
Darwis juga belum bisa mengambil kesimpulan terkait keluhan yang disampaikan para pelaku usaha dan pekerja di sektor Pariwisata. “Bisa jadi data yang terbatas, ” urainya.
Selain itu, dalam pencatatan perjalanan wisnus itu masih ada beberapa aspek lain di luar wisata yang ikut tercatat. Misalnya pergerakan orang mengunjungi keluarga, kerja tidak menetap, atau seminar pendidikan. “Itu masih ikut tercatat, ” katanya. (son)
