JABAR EKSPRES – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) berencana membentuk superholding Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tapi itu masih dalam tahap wacana dan kajian.
Wacana itu mencuat di internal Biro BUMD, Investasi dan Administrasi Pembangunan (BIA) Jabar. Sejumlah pakar ekonomi juga telah diajak membahas hal ini, termasuk Helmy Yahya yang kini juga duduk sebagai Komisaris Bank BJB.
Konsep detail dari superholding ini masih belum difinalisasi. Opsi yang dipertimbangkan antara lain menggabungkan seluruh BUMD di Jabar, melakukan merger berdasarkan kesamaan inti usaha (core business), atau pendekatan lainnya.
Baca Juga:Transparansi Dana Desa Kini Digital, Kabupaten Bogor Siap Kawal Lewat Aplikasi Jaga DesaPabrik Nakal di Bandung Barat Kembali Berulah, Demul Murka
“Ada beberapa opsi, ini sedang kami kaji dulu,” kata Kepala Biro BIA Jabar Deny Hermawan, Rabu (30/7).
Ekonom dari Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi, mengonfirmasi bahwa pihaknya pernah diundang dalam Focus Group Discussion (FGD) terkait rencana tersebut
“Kapasitas kami waktu itu sebagai tim yang terlibat pembentukan raperda tata kelola BUMD,” jelasnya.
Acu melanjutkan, gagasan pembentukan Superholding BUMD itu memang masih tahap awal. Artinya memang belum ada keputusan resmi mengenai bentuk dan roadmap pembangunanya.
Tapi semangatnya adalah perbaikan tata kelola BUMD yang ada di Jabar. Salah satu opsinya adalah holdingisasi atau pembentukan Superholding itu.
“Yang kami tangkap itu ke depan memang bakal ada penyederhanaan atau penggabungan BUMD. Termasuk upaya memperkuat lini bisnis masing-masing BUMD hingga kerja sama dengan swasta,” kata dia.
Menurut Acu, Superholding memang belum mengerucut bakal menyatukan seluruh BUMD Jabar. Tapi lebih mengarah pada core bisnis yang serumpun atau berkaitan. “Memang gagasanya itu miniatur Danantara. Tapi ini Jabar,” terangnya.
Baca Juga:Tak Perlu ke Luar Negeri! Danantara Siapkan Universitas Global di Indonesia, Rampung 2027Inter Milan Serius Incar Lookman, Tawar 42 Juta Euro demi Mesin Gol Atalanta
Ia juga menyampaikan optimismenya terhadap rencana besar itu, mengingat saat ini kondisi BUMD Jabar tengah tidak baik-baik saja. Mulai dari perusahaan yang terlilit utang, tata kelola kurang baik, hingga persoalan SDM yang terjerat kasus.
Tapi menurut Acu yang utama adalah bagaimana nanti implementasinya. “Kalau optimis ya optimis. Tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana nanti implementasinya,” tukasnya.(son)
