5 Mindset yang Membuat Orang Miskin Tetap Miskin Sampai Mati

mindset orang miskin
mindset orang miskin. Ilustrasi: Unsplash
0 Komentar

Sebagai contoh, banyak orang ketika ingin usahanya laris, justru memilih pergi ke dukun ketimbang belajar strategi pemasaran, meningkatkan kualitas produk, atau mengasah keterampilan bisnis yang sebenarnya relevan.

Lucunya, semua bisnis besar dan sukses di dunia ini tidak pernah bergantung pada praktik mistis. Mereka menginvestasikan waktu dan tenaga pada hal-hal yang produktif dan terukur: marketing, riset pasar, inovasi produk, dan pengembangan sumber daya manusia.

Fenomena serupa juga terjadi di bidang kesehatan. Banyak orang masih percaya pada pengobatan mistik ketimbang mencari solusi medis yang terbukti secara ilmiah. Akibatnya, mereka kehilangan waktu, uang, dan peluang untuk sembuh atau berkembang.

Baca Juga:7 HP Redmi Terbaik 2025 yang Turun Harga Drastis, Mulai Rp1 Jutaan!PKH dan BPNT 2025 Cair Lagi, Ini Cara Cek Bansos PKH dan BPNT 2025 Lewat Aplikasi dan Situs Resmi Kemensos

Mindset seperti ini bukan hanya tidak membantu, tapi justru menjerumuskan orang ke dalam kemiskinan yang lebih dalam karena mereka menyia-nyiakan sumber daya mereka untuk sesuatu yang tidak memberikan hasil nyata.

4. Menganggap Kelas Online = Penipuan

Mindset ini kerap ditemukan pada sebagian generasi muda, terutama Gen Z. Pola pikir seperti ini sangat merugikan karena mematikan peluang mereka untuk belajar keterampilan baru, padahal di era digital saat ini, keterampilan (skill) adalah aset penting untuk menghasilkan uang.

Saat ini, banyak sekali kelas online yang tersedia dan bisa diakses dengan mudah. Namun, sayangnya sebagian masyarakat justru mencaci orang yang menjual kelas online, tanpa alasan atau argumen yang jelas. Mereka menganggap semua kelas online sebagai penipuan (scam), padahal tidak semuanya demikian.

Jika dipikir secara logis, kelas online bukan sekadar membayar informasi, melainkan membayar struktur pembelajaran, arah yang jelas, dan percepatan proses belajar. Memang, Anda bisa belajar secara otodidak, tetapi berapa banyak waktu, energi, dan kesalahan (trial and error) yang harus dilalui tanpa panduan?

Melalui kelas online, kita bisa belajar dari pengalaman mentor, menghindari kesalahan yang sama, dan mendapatkan langkah-langkah yang lebih terarah. Sayangnya, mindset sempit ini membuat banyak orang menyia-nyiakan peluang emas, bahkan saat informasi dan ilmu tersebar begitu luas di mana-mana.

Saya pribadi telah mendapatkan banyak manfaat dari kelas online, salah satunya ketika belajar tentang cryptocurrency. Jadi, penting untuk membuka pola pikir dan memilah mana kelas online yang benar-benar berkualitas dan bermanfaat, daripada menggeneralisasi semua sebagai scam.

0 Komentar