5 Mindset yang Membuat Orang Miskin Tetap Miskin Sampai Mati

mindset orang miskin
mindset orang miskin. Ilustrasi: Unsplash
0 Komentar

Namun, zaman telah berubah. Saat ini, anak bukan lagi sumber tambahan rezeki, melainkan justru membutuhkan banyak rezeki. Biaya pendidikan, kesehatan, gizi, dan kebutuhan hidup lainnya membuat tanggungan keluarga semakin besar.

Masalahnya, mindset ini masih banyak diadopsi oleh masyarakat, bahkan tidak jarang kami menjumpai secara langsung orang-orang yang tetap memiliki banyak anak meskipun kondisi ekonominya tidak stabil, bahkan sangat kekurangan. Ironisnya, mereka berharap dengan banyak anak, rezeki akan ikut bertambah. Padahal, realita lapangan justru sebaliknya.

Orang-orang dengan pola pikir ini cenderung tidak memiliki perencanaan hidup yang matang, tidak memikirkan penghasilan yang stabil, dana pendidikan, atau manajemen keluarga. Akibatnya, anak-anak tumbuh dalam tekanan ekonomi, dan kemiskinan menjadi pola yang terus berulang dari generasi ke generasi.

Baca Juga:7 HP Redmi Terbaik 2025 yang Turun Harga Drastis, Mulai Rp1 Jutaan!PKH dan BPNT 2025 Cair Lagi, Ini Cara Cek Bansos PKH dan BPNT 2025 Lewat Aplikasi dan Situs Resmi Kemensos

Yang lebih disayangkan, pola pikir ini sering dibungkus dengan alasan keagamaan. Padahal secara logika sederhana, tidak ada ajaran agama yang mendorong seseorang untuk membiarkan anak-anaknya hidup menderita karena keputusan yang tidak bertanggung jawab dari orang tuanya.

Fakta yang mengejutkan, ternyata mindset “banyak anak, banyak rezeki” ini dulunya dipropagandakan oleh Belanda agar penduduk pribumi memiliki banyak anak yang kelak bisa digunakan untuk sistem kerja paksa (tanam paksa).

2. Menganggap Semua yang Terjadi Adalah Takdir

Kita tentu sudah tidak asing dengan kalimat, “Rezeki sudah ada yang mengatur.” Meski terdengar religius, sayangnya pernyataan ini sering disalahartikan dan dijadikan tameng untuk malas berusaha. Banyak orang lebih memilih pasrah pada “takdir” dibandingkan berikhtiar.

Padahal, dalam ajaran agama manapun, keimanan terhadap takdir harus diimbangi dengan usaha maksimal. Ketika seseorang terus-menerus menyerahkan semuanya pada takdir, tanpa disertai upaya nyata, yang terjadi adalah stagnasi ekonomi.

Perlu diingat, Tuhan tidak hanya menyuruh kita percaya, tapi juga berusaha. Keyakinan tanpa tindakan hanyalah ilusi. Jika seseorang tidak mau bekerja keras dan hanya berserah diri tanpa usaha, maka bukan takdir yang menahannya, tapi kemalasannya sendiri.

3. Logika Mistika

Mindset ketiga ini sangat menghambat kemajuan, terutama dalam hal mencapai kesejahteraan atau keluar dari kemiskinan. Pola pikir ini membuat seseorang menginvestasikan waktu, tenaga, bahkan uang ke hal-hal yang tidak memiliki korelasi langsung dengan tujuan yang ingin mereka capai.

0 Komentar