JABAR EKSPRES – Mengapa Yandy Laurens bisa membuat film se-eksklusif ini? Setelah sebelumnya berhasil menciptakan film yang sangat berbeda, film “jatuh cinta seperti di film-film”, kini ia kembali dengan film Sore: Istri dari Masa Depan. Ya, kita memang tahu ada versi web series-nya, dan sekarang hadir dalam versi film layar lebar.
Sore: Istri dari Masa Depan bukan sekadar membuat kami terdiam dan sedikit emosional. Mengapa perfilman Indonesia masih saja bertahan pada horor receh atau drama adaptasi novel yang sarat gimik dan tangisan murahan? Lihatlah film ini. Mengapa tidak bisa dibuat dengan keseriusan dan kualitas seperti Sore: Istri dari Masa Depan?
Review Film Sore: Istri dari Masa Depan
Di awal, mungkin kalian akan mengira ini hanyalah film romansa-komedi yang dibumbui gimik time travel seperti film-film lain. Tapi saat kalian menonton dan masuk ke inti ceritanya, film ini justru membawa kita pada perjalanan emosional yang jauh lebih dalam dari yang dibayangkan. Ini bukan sekadar kisah cinta. Ini tentang bagaimana waktu bisa menjadi ruang untuk belajar, mengakui kesalahan, merasa bersalah, dan juga untuk mencari harapan.
Baca Juga:3 Cara Ampuh Agar Aki Motor Baru Awet Seperti Aki Bawaan PabrikMotor Listrik Honda CUVE E Diskon Gila-Gilaan, Ini Penyebab Masih Sulit Laku
Yandy Laurens berhasil mengolah tema time loop dengan sangat apik. Bukan sekadar mengulang takdir, tapi memberikan makna dalam setiap perputaran waktu. Kami cukup takjub dengan struktur naskahnya. Film ini dibagi menjadi tiga babak, yaitu Jonathan, Sore, dan Waktu. Masing-masing membawa nuansa emosional yang berbeda, ketenangan, kekacauan, dan haru.
Setiap pengulangan dalam cerita memiliki detail kecil yang berbeda namun signifikan. Kalian mungkin tidak akan menemukan plot twist yang eksplosif, tetapi kalian akan menerima tamparan-tamparan kecil yang perlahan membuat dada terasa sesak.
Akan sangat disayangkan jika menonton film seperti ini justru membuatmu mengantuk, itu benar-benar bodoh.
Film Sore adalah salah satu film terbaik tahun ini. Film ini mengajak penonton untuk menyaksikan perjalanan dua orang yang jatuh cinta, gagal berulang kali, lalu jatuh cinta kembali, hingga akhirnya kita memahami alasan di balik semua itu.
