Faktanya, tidak ada developer aplikasi yang benar-benar beriklan di platform ini. Lalu, dari mana dana yang digunakan untuk membayar penggunanya? Jawabannya adalah dari deposit pembelian level A1 hingga A18. Artinya, perputaran uang hanya berasal dari sesama anggota (member to member), bukan dari bisnis yang nyata.
Saat ini telah muncul beberapa aplikasi baru yang menggunakan modus serupa dengan aplikasi AMV. Oleh karena itu, harap berhati-hati. Salah satunya adalah aplikasi bernama ETP yang mengklaim penggunanya bisa mendapatkan uang hanya dengan menonton video. Ini adalah bentuk penipuan.
Selain itu, ada pula aplikasi FC, Appomsop (dengan modus belanja), serta Risetcar yang menggunakan modus penyewaan mobil. Bahkan, ada aplikasi bernama RAPP yang modusnya sangat mirip dengan AMV, yaitu mengklaim bahwa pengguna bisa mendapatkan uang hanya dengan mengunduh aplikasi.
Baca Juga:Aplikasi ITV Menjanjikan Uang dengan Nonton Video Ternyata Begini ModusnyaRoy Suryo Ungkap Bukti Lengkap Perbedaan Mencolok Ijazah Asli UGM dengan Milik Jokowi
Namun, jika diperhatikan, aplikasi yang diunduh tersebut sebenarnya tidak akan muncul di perangkat kita, baik di ponsel maupun di komputer. Mekanismenya biasanya menampilkan proses unduhan hingga 100%, lalu muncul keterangan bahwa proses selesai dan saldo bertambah. Padahal itu hanya trik untuk memancing pengguna agar percaya dan tertarik.
Aplikasi penipuan semacam ini biasanya akan memberikan akses “gratis” terlebih dahulu kepada pengguna, sering disebut sebagai “magang”. Setelahnya, pengguna akan diminta melakukan deposit dengan iming-iming keuntungan yang sangat tidak masuk akal.
Model seperti ini hanya menguntungkan orang-orang yang bergabung lebih awal, karena mereka mendapatkan komisi dari sistem referal hingga tiga level:
- Level 1: 10%
- Level 2: 5%
- Level 3: 2%
Jadi, jangan heran jika banyak orang yang berusaha mengajak Anda bergabung, karena mereka akan memperoleh komisi dari setiap orang yang berhasil mereka undang.
Lebih lucunya lagi, aplikasi seperti ini sering menciptakan jabatan-jabatan seolah-olah seperti struktur di lembaga resmi, misalnya “Starter Leader”, “Junior Leader”, hingga “Area Manager”. Banyak penggunanya bahkan merasa bangga disebut sebagai “karyawan” meskipun tanpa tes, tanpa pendaftaran, dan tanpa syarat apa pun. Fenomena ini juga terjadi pada AMV sebelumnya, di mana banyak pengguna menyebut diri mereka sebagai karyawan, dan kini sebagian besar sudah “dipecat”.
