Meski Andalkan Ecobrick, Sampah Plastik Multilayer Masih Jadi Masalah di Cimahi

Meski Andalkan Ecobrick, Sampah Plastik Multilayer Masih Jadi Masalah di Cimahi
Contoh Sampah Ecobric. (Mong / Jabar Ekspres)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Upaya penanganan sampah plastik di Kota Cimahi masih menghadapi tantangan serius, terutama dari jenis plastik multilayer. Meski kampanye dan praktik ecobrick terus digalakan oleh pegiat lingkungan, akar persoalan dari limbah kemasan multilapis belum tersentuh secara sistemik.

Menurut Ketua Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Kota Cimahi, Wahyu Dharmawan, seorang pegiat lingkungan menjelaskan secara gamblang karakteristik dan cara penanganan limbah plastik, khususnya jenis multilayer yang sering dijumpai dalam kemasan makanan dan minuman instan.

“Plastik bersih dan kering yang sudah pernah digunakan cenderung minim bakteri, sedangkan plastik basah dan kotor, berpotensi menjadi media tempat tumbuhnya bakteri,” jelasnya saat dihubungi Jabar Ekspres, Kamis (3/7/2025).

Baca Juga:Lakukan Pengoplosan hingga Pengurangan Volume, 212 Produsen Beras Nakal Ditindak!Kemenhut Minta Tambahan Anggaran Rp408 Miliar, Ternyata untuk Ini!

Plastik multilayer sendiri, kata Wahyu, merupakan jenis yang dirancang agar kedap udara dan tahan lama. Lapisan aluminium di dalam kemasan itu memang bersifat antibakteri saat digunakan, namun justru bisa menjadi masalah saat telah berubah menjadi sampah.

Ia melanjutkan, bila tidak dikeringkan dan dibersihkan, lapisan dalam itu malah menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme.

Solusinya, menurut edukator tersebut, adalah membalik bagian dalam multilayer agar sisi aluminium menghadap ke luar sebelum dimasukkan ke dalam ecobrick.

“Cukuplah jenis plastik multilayer yang disimpan dalam ecobrick, agar potensi plastik menjadi media tumbuhnya bakteri dapat dijaga untuk jangka panjang,” katanya.

Namun, pendekatan ecobrick bukan tanpa kritik. Masalah utama justru terletak pada ketergantungan masyarakat Cimahi terhadap solusi berbasis partisipasi individu tanpa didukung sistem pengelolaan dari pemerintah daerah yang lebih terstruktur dan masif.

Di sisi lain, tidak semua jenis plastik cocok untuk dimasukkan ke dalam ecobrick.

“Jenis plastik lain lebih memungkinkan penanganannya dengan pendekatan berbeda yang cukup beragam,” ujarnya.

Baca Juga:Konflik Memanas, Anggota DPRD Cimahi Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Pencemaran Nama BaikIni Kata Pemkot Bandung Soal Langkah Mitigasi di Tengah Ancaman Bencana

Begitu ecobrick penuh, lanjut Wahyu, masyarakat diimbau untuk menyetorkannya ke off-taker yang bersedia menerima. Tapi pertanyaannya, seberapa banyak off-taker yang aktif dan terkoordinasi di Cimahi?

“Tanpa kejelasan rantai distribusi dan pemanfaatan hasil ecobrick, gerakan ini berisiko jadi seremonial semata,” tegasnya.

Lebih jauh, upaya Ending Plastic Pollution di Cimahi memerlukan keberanian politik, bukan hanya semangat kampanye.

0 Komentar