JABAR EKSPRES – Sekelompok perempuan di RW 19 Kelurahan Cigugur Tengah, Kota Cimahi, mengambil langkah tak biasa dalam mengedukasi masyarakat soal pengelolaan sampah.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Berseri kini tengah memproduksi film yang mengangkat isu pemanfaatan sampah organik menjadi kompos untuk tanaman sayuran.
Film ini disutradarai oleh Ade dan melibatkan para anggota kelompok sebagai pemeran utama sekaligus pelaku nyata dalam kegiatan pertanian organik.
Baca Juga:Anggota Ormas Grib Jaya Dibekuk Polisi setelah Terbukti Edarkan 106 Gram Sabu di Bandung BaratUpdate! Korban Meninggal Akibat Longsor Gunung Kuda Bertambah 14 Orang dan Sudah Dievakuasi
Gagasan produksi film ini berangkat dari kepedulian Ketua KWT Berseri, Idar Hendrayani (47), terhadap persoalan sampah rumah tangga yang belum tertangani dengan baik, terutama jenis organik yang sering kali dianggap tak berguna.
Ia ingin menghadirkan sebuah media pembelajaran yang bisa menjadi contoh nyata bagaimana sampah dapur bisa disulap menjadi sumber daya produktif.
“Awalnya saya ingin menggerakkan masyarakat dalam memilah sampah, khususnya yang organik, supaya bisa dimanfaatkan menjadi kompos,” ungkap Idar pada Jabar Ekspres, Jumat (31/5/25).
Menurut Idar, film ini dibuat untuk menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, tetapi bisa dimulai dari rumah masing-masing.
Ia melanjutkan, dengan memanfaatkan limbah dapur, seperti sisa sayuran, kulit buah, dan daun-daunan, para anggota KWT berhasil menghasilkan pupuk kompos yang kemudian digunakan untuk menyuburkan tanaman sayuran mereka.
Film ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk memperluas dampak dari gerakan KWT Berseri, yang selama ini berfokus pada pelatihan pengolahan kompos, pertanian skala rumah tangga, dan promosi hasil panen.
“Lewat medium visual, kita berharap cerita perjuangan dan keberhasilan kelompok ini bisa menjangkau lebih banyak orang, baik di lingkungan sekitar maupun di luar daerah,” terangnya.
Baca Juga:30 Orang Lebih Tertimbun Longsor Gunung Kuda, Begini Menurut Kesaksian Seorang WargaWakil Wali Kota Bandung: Penanganan Banjir Butuh 30 Kolam Retensi
Dalam prosesnya, film ini melibatkan tidak hanya para anggota KWT, tetapi juga masyarakat sekitar dan pihak kelurahan yang selama ini mendukung program-program pemberdayaan berbasis lingkungan.
Pemerintah setempat, menurut Idar, turut menyambut baik inisiatif ini dan memberi dukungan moral agar produksi film dapat berjalan lancar.
