Di TikTok, dengan sistem algoritma yang secara tidak langsung membuat penggunanya betah berlama-lama di dalam aplikasi, Anda pasti sering menemui berbagai pernyataan atau informasi yang diulang-ulang. Salah satu contohnya bisa dilihat dari sebuah konten viral berikut ini.
Dalam video tersebut, seorang pengemudi ojek online (ojol) menemukan dompet seseorang di jalan. Namun, alih-alih menyerahkannya, ia justru menguras uang dari kartu ATM yang ada di dalam dompet tersebut. Jika kita menilai menggunakan logika yang sehat, tindakan ini jelas merupakan tindak kriminal. Namun sayangnya, banyak pengguna TikTok yang justru memiliki cara berpikir yang berbeda.
Tidak sedikit dari mereka yang membenarkan tindakan tersebut dengan alasan, “Kan dia yang menemukan.” Komentar-komentar yang membenarkan tindakan kriminal ini tidak hanya satu atau dua, melainkan banyak. Secara tidak langsung, komentar-komentar itu membentuk pernyataan kolektif bahwa mengambil uang milik orang lain adalah hal yang dapat dibenarkan—asal ditemukan.
Baca Juga:Investasi Emas vs Bitcoin, Mana yang Paling Menguntungkan Saat Ini?Tidak Mungkin Beli Mobil Baru Harga di Bawah Rp100 Juta Saat Ini, Pahami Dulu Skema Inflasi
Ketika pernyataan seperti ini terus muncul dan diulang-ulang dalam berbagai bentuk komentar, maka Illusory Truth Effect bisa terjadi. Tanpa disadari, pola pikir tersebut akan tertanam di kepala pengguna lainnya. Entah mereka ikut berkomentar hanya demi perhatian atau memang benar-benar mempercayainya, tetap saja hal tersebut menunjukkan adanya pengulangan yang berpotensi memperkuat kebodohan kolektif.
Fenomena komentar atau pernyataan tidak logis seperti ini memang sangat sering ditemukan di TikTok. Semakin lama Anda melakukan scrolling, semakin sering pula Anda menemukannya. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, jika orang dewasa saja bisa dengan mudah terpengaruh oleh pola algoritma ini, bayangkan apa yang akan terjadi pada anak-anak yang belum memiliki kemampuan berpikir kritis. Mereka akan lebih mudah percaya, lebih mudah terpengaruh, dan akhirnya tumbuh dengan standar serta cara berpikir yang menyimpang.
Namun, itu baru permukaannya. Ada hal lain yang jauh lebih mengejutkan—bahkan di luar nalar.
- Standar-standar yang tidak masuk akal
Setiap kali kami mendengar kata “TikTok”, satu hal yang langsung terlintas di pikiran kami adalah standar TikTok.
Menurut kami, standar TikTok adalah kumpulan opini atau pernyataan yang tidak logis atau merupakan bentuk generalisasi berlebihan, tetapi tetap banyak disetujui oleh penggunanya. Mengapa bisa demikian?
