JABAR EKSPRES – Kerusakan jalan yang disebabkan oleh pengerjaan proyek pipa Pertamina di beberapa titik di Kota Banjar, Jawa Barat, kembali menimbulkan keluhan dari warga. Selain mengganggu kenyamanan, kondisi jalan yang berlubang dan bergelombang ini disebut-sebut telah menjadi penyebab kecelakaan berulang, termasuk insiden tragis yang merenggut nyawa seorang pengendara ojek di Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman.
Menurut laporan warga, korban tewas setelah terperosok dalam lubang galian proyek pipa yang tertutup genangan air hujan. Peristiwa ini semakin memperburuk keresahan masyarakat yang selama ini telah mengeluhkan lambatnya perbaikan jalan pasca pengerjaan proyek tersebut.
Iweng, warga Lingkungan Sukarame, Kelurahan Mekarsari, mengungkapkan bahwa kerusakan jalan di wilayahnya sudah terjadi sejak proyek pipa Pertamina dimulai. “Banyak pengendara, terutama motor, terjatuh,” ujarnya pada Kamis (6/3/2025). Ia juga menyesalkan kurangnya tindakan antisipasi dari pihak kontraktor meski keluhan warga sudah disampaikan berkali-kali.
Baca Juga:Menguak Praktik Asusila Terselubung dalam Aplikasi, Polda Jabar Amankan 7 PelakuPastikan Gizi Anak Terpenuhi, Bupati Bandung: Siapkan 361 Titik SPPG
Menanggapi hal tersebut, Genster, Pengawas Proyek Pipa Pertamina, menjelaskan bahwa pengerjaan proyek sempat tertunda dan baru dilanjutkan pada tahun 2025 dengan metode yang diperbarui. “Kami beralih dari galian manual ke sistem bor untuk mengurangi kerusakan. Namun, perubahan metode ini memerlukan penyesuaian teknis,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa kerusakan jalan di Sukarame dan Mulyasari belum dapat diperbaiki secara permanen karena pengerjaan proyek pipa di kedua wilayah tersebut masih berlangsung. “Jika kami perbaiki sekarang, jalan akan dibongkar lagi saat pemasangan pipa dilanjutkan. Kami prioritaskan penyelesaian konstruksi terlebih dahulu,” tambah Genster. Ia berjanji bahwa pemulihan jalan akan dilakukan secara bertahap setelah pipa terpasang dengan sempurna.
Genster menargetkan proyek ini selesai sebelum Lebaran 2025 dan menyatakan bahwa timnya telah melakukan koordinasi intensif dengan Dinas Bina Marga (Binamarga), Kepolisian Lalu Lintas (Lantas), dan Dinas Perhubungan (Dishub) untuk mengatasi dampak pekerjaan, termasuk kemacetan dan risiko kecelakaan. “Kami juga telah memasang rambu peringatan dan pengarah arus lalu lintas,” ujarnya.
Di sisi lain, Genster membantah tuduhan warga terkait penebalan tanah merah di jalanan yang diduga berasal dari proyek Pertamina. “Material tanah itu bukan dari galian kami. Sayangnya, masyarakat sering menyalahkan kami untuk hal-hal di luar tanggung jawab proyek,” katanya.