BEI Harap BPI Danantara Bawa Dampak Positif bagi Investor Pasar Modal

JABAR EKSPRES – Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, berharap kehadiran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dapat memberikan dampak positif bagi investor, terutama investor retail di pasar modal Indonesia.

“Tentu harapan kita adalah bisa memberikan efek positif kepada investor, utamanya investor retail,” ujar Jeffrey saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (25/2).

Jeffrey menjelaskan, BEI akan terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pasca peluncuran BPI Danantara. Itu untuk memastikan kelancaran implementasinya.

“Kami akan melihat langkah-langkah yang akan diambil dan tentu akan berkoordinasi dengan OJK terkait hal ini,” kata Jeffrey.

Ia juga menegaskan bahwa kehadiran BPI Danantara tidak akan mengganggu aktivitas pasar modal Indonesia, asalkan semua mekanisme yang ada diikuti dengan baik.

“Harusnya enggak, asal semua mekanismenya diikuti. Pasti akan ada pengaturan-pengaturan untuk itu, kita ikutin aja,” ujar Jeffrey.

BACA JUGA: Mantan PM Inggris Tony Blair jadi Dewan Pengawas Danantara

Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menilai struktur kepengurusan BPI Danantara dapat memberikan kepercayaan bagi para pelaku pasar.

Hal itu dikarenakan jajaran kepemimpinannya yang memiliki rekam jejak kuat di industri keuangan dan investasi.

Danantara dipimpin oleh Rosan Roeslani sebagai CEO, dengan Pandu Sjahrir dan Dony Oskaria sebagai CIO dan COO.

“Kalau lihat orang-orangnya, mereka semua capable dan bisa menjadi panutan pasar, Pak Pandu, Pak Donny, dan Pak Rosan memiliki tingkat acceptable yang cukup tinggi (di pasar),” ujar Iman.

BPI Danantara, yang resmi diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (24/2) di Istana Kepresidenan, diharapkan dapat mengelola aset hingga lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan dana awal sekitar 20 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Wamen ESDM Sebut BPI Danantara Percepat Pembiayaan Proyek PSN

Keberadaan BPI Danantara sebagai sovereign wealth fund (SWF) diharapkan dapat memperkuat posisi pasar modal Indonesia.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (25/2) tercatat melemah 158,16 poin atau 2,34 persen, mencapai level 6.591.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan