“Kami butuh tanggul yang kuat atau normalisasi sungai. Jangan sampai anak cucu kami mewarisi masalah yang sama,” tekan Ahmad.
Hingga Rabu (19/2/2025), belum ada respons konkret dari pemerintah setempat. Warga hanya berharap janji tak lagi tenggelam seperti sawah mereka. Sementara itu, langit Ciamis masih kelabu, ancaman hujan dan banjir susulan masih mengintai.
Di balik genangan, pertanyaan pertanyaan dua petani itu menggumpal. Sampai kapan petani harus menanggung derita berulang ini? Mereka menyimpan harapan yang masih terendam dalam ketidakpastian.
“Semoga pemerintah segera bertindak cepat, karena areal ini salah satu lumbung padi terbesar dan menjadi sektor ketahanan pangan di Kabupaten Ciamis,” katanya. (CEP)
