“Angel berperan sebagai istri Pram. Puisi tadi juga tentang kesetiaan dan kegelisahan sosok perempuan. Beliau dengan tabah dan penuh kecintaan, tetap setia,” lanjutnya.
Komunitas Mataholang berharap aksi ini tak sekadar mengenang Pramoedya sebagai sosok sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali semangat dan keberaniannya dalam mengungkapkan ide-ide.
“Kami ingin mengenalkan kembali Pram dan mengenalkan kembali spirit pengorbanan, keberanian, dan ketegasan dalam menyampaikan pemikiran. Itu yang hendak disampaikan kepada masyarakat,” pungkas Gatot.
Di tengah deru kendaraan yang melintas dan langkah-langkah tergesa para pejalan kaki, pertunjukan ini menjadi pengingat bahwa kisah dan perjuangan Pram tak boleh hanya menjadi catatan sejarah. Ia harus terus hidup, dalam kata, dalam tari, dalam setiap perlawanan terhadap ketidakadilan.