JABAR EKSPRES – Keberadaan tempat prostitusi saat ini masih banyak tersebar diberbagai wilayah Kabupaten / Kota di Jawa Barat. Hal ini membuat keprihatinan semua pihak.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, tempat prostitusi di Jabar saat ini ada 79 titik yang tersebar di Kabupaten/Kota.
BACA JUGA: Terungkap! Penggeledahan Yayasan Margasatwa Diwarnai Kekerasan
Jawa Barat sendiri menempati posisi pertama dengan tempat prostittusi terbanyak jika dibandingkan dengan Jawa Timur yang memiliki 70 lokasi.
Sedangkan Jawa Tengah 55 lokasi, Sumatera Utara 37 lokasi, maupun Kalimantan Timur terdapat 28 lokasi.
BACA JUGA: Kantor Asuransi Jasa Raharja Bandung di Geledah KPK!
Dari 79 tempat prostitusi tersebut, diketahui terdapat di 19 Kabupaten/Kota dengan jumlah terbanyak terdapat di Kabupaten Bekasi sebanyak 17 titik. Sedangkan Kabupaten Indramayu ada 13 titik dan Kabupaten Subang terdapat 7 lokasi.
Ketua Tim Statistik Sosial BPS Jabar Isti Larasati mengatakan, data tersebut merupakan hasil survei potensi desa yang dilakukan pada pertengahan Mei 2024 lalu.
BACA JUGA: Pendapatan Parkir Kabupaten Bandung Masih Seret, BPK Berikan Catatan Penggunaan Tapping Box
Untuk sumber survei, BPS meminta keterangan dari masyarakat dan aparat desa atau kelurahan dengan melakukan pertanyaan mengnai keberadaan tempat lokalisasi di wilayah itu.
BACA JUGA: Aparat Kecolongan! Wisma di Kec. Rancasari Kota Bandung Diduga Jadi Sarang Prostitusi Terselubung
‘’Jadi yang dimaksud pertanyaannya adalah apakah ada tempat lokasi PSK, baik yang dikelola secara berkelompok atau individu yang menjajakan secara komersil,” ujar Isti.
BACA JUGA: Bongkar Aplikasi Michat untuk Ajang Transaksi Prostitusi Online
Dari hasil pendataan survei, ternyata diketahui terdapat 79 lokasi prostitusi di Jawa Barat, survei juga dilakukan dengan menggali faktor pendukung agar mengetahui penyebab masih menggeliatnya prostitusi itu.
Isti berpendapat, masih maraknya tempat lolaisasi PSK di Jawa Barat disebabkan masalah faktor ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.
‘’Kondisi ini sangat dimungkinkan masyarakat akan mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, tanpa melihat resiko yang akan terjadi,’’ Pungkas Isti. (son/yan).