JABAR EKSPRES – Stok LPG 3 kg di Kota Bandung sebenarnya aman. Bahkan, Pertamina memastikan bakal menambah pasokan. Tapi di lapangan, antrean masih mengular di sejumlah pangkalan. Penyebabnya, sempat ada aturan baru yang melarang pengecer menjual gas melon itu langsung ke warga.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Ronny Ahmad Nurudin. Dirinya menanggapi fenomena warga yang antre untuk dapatkan gas LPG.
“Kami terima informasi dari Pertamina bahwa stok LPG 3 kg aman dan malah akan ada tambahan pasokan,” kata Rony berdasarkan keterangan yang diterima Jabar Ekspres, Rabu (5/2).
Menurut Ronny, sejak aturan baru berlaku per 1 Februari 2025, warga yang biasa membeli gas di warung kini berbondong-bondong ke pangkalan resmi. “Pasokan tetap ada, cuma karena jalurnya berubah, jadi antrean di pangkalan terlihat panjang,” ujarnya.
Pola distribusi LPG 3 kg kini menggunakan data kependudukan. Warga yang sudah terdaftar cukup menyebutkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) saat membeli. Sementara yang belum, harus membawa KTP dan Kartu Keluarga (KK) agar bisa langsung terdata dalam sistem.
Meski begitu, Ronny memastikan distribusi bakal terus diawasi. “Kalau ada kelangkaan, kita langsung koordinasi dengan Pertamina,” katanya.
Disdagin pun mengimbau warga agar tak panik dan membeli LPG 3 kg berlebihan. “Jangan sampai karena panik, justru stok menumpuk di satu tempat dan susah di tempat lain,” katanya.
Saat ini, masyarakat hanya bisa berharap perubahan aturan ini tak membuat situasi makin pelik. Sebab, meski stok disebut aman, mendapatkan tabung gas melon di Bandung kini tak semudah dulu.
Sebelumnya, Ramdani (28), seorang pedagang warung kelontong di Bandung, mengeluhkan dampak regulasi sebelumnya yang melarang pengecer menjual gas elpiji subsidi. Ia merasa kebijakan itu masih menyulitkan dirinya dan pelanggan.
“Jangankan buat jualan, buat masak juga enggak ada. Dua hari tidak ada kiriman gas elpiji ke warung,” ujarnya saat ditemui Jabar Ekspres di kediamannya, Rabu (5/2).
Menurutnya, pasokan gas menjadi tidak menentu sejak aturan pelarangan diberlakukan. Ramdani biasa menjual elpiji tiga kilogram dengan harga Rp21.000 per tabung, sementara ia membelinya dari agen seharga Rp19.000.