JABAR EKSPRES – Kisah viral dan unik datang dari salah satu bank besar di Amerika Serikat, Wells Fargo, dimana Bank ini baru saja memecat sejumlah karyawannya setelah terbukti melakukan perilaku tidak etis di tempat kerja.
Mereka kedapatan pura-pura bekerja dengan menggunakan perangkat canggih yang dirancang untuk menciptakan ilusi aktivitas kerja.
Baca juga : Wanita Difabel di Bandung Jadi Korban Rudapaksa 9 Pria, Kini Hamil 26 Minggu
Wells Fargo melaporkan bahwa karyawan-karyawan tersebut menggunakan perangkat bernama mouse jiggler, sebuah alat yang dapat membuat mouse terus bergerak otomatis.
Dengan alat ini, komputer tetap menyala dan tidak masuk ke mode tidur, sehingga terlihat seolah-olah penggunanya sedang bekerja.
Perusahaan menyampaikan tindakan ini dalam laporan resmi ke Otoritas Regulasi Industri Keuangan (FINRA).
“Setelah melakukan investigasi terhadap dugaan aktivitas simulasi kerja dengan menggunakan perangkat tertentu, kami memutuskan untuk mengambil tindakan tegas,” jelas pihak Wells Fargo dalam pernyataan yang dikutip dari Quartz, Selasa (6/1/25).
Juru bicara Wells Fargo menegaskan bahwa bank tersebut memiliki standar kerja yang tinggi untuk seluruh karyawannya.
“Kami tidak akan mentoleransi perilaku tidak etis apa pun di tempat kerja,” tegasnya.
Meski trik ini tampak kreatif, dampaknya sangat serius bagi karyawan yang ketahuan.
Pihak bank langsung memutus hubungan kerja dengan mereka yang menggunakan alat tersebut, sebagai bentuk ketegasan terhadap integritas dan profesionalisme.
Mouse jigglers bukanlah barang baru. Perangkat ini mulai populer di kalangan pekerja selama masa pandemi Covid-19, terutama ketika banyak orang bekerja dari rumah (work from home).
Alat ini dianggap solusi praktis bagi mereka yang ingin terlihat aktif meskipun tidak sedang bekerja secara sungguh-sungguh.
Banyak pekerja menggunakannya agar komputer mereka tetap aktif saat tidak diawasi oleh atasan secara langsung.
Alat ini bahkan menjadi salah satu perangkat yang banyak dicari di pasar online selama masa pandemi.
Namun, kejadian seperti ini menimbulkan perdebatan tentang efektivitas sistem kerja jarak jauh.
Banyak perusahaan mulai mempertanyakan seberapa besar keterlibatan karyawan saat mereka bekerja dari rumah.