JABAR EKSPRES – Inflasi Jawa Barat pada 2024 tercatat di angka 1,64 secara y-o-y. Angka itu terendah selama 5 tahun terakhir.
Statistisi Ahli Madya BPS Jabar Ninik Anisah mengungkapkan, ada sejumlah komoditas yang menyumbang inflasi. Di antaranya yang teratas adalah emas perhiasan dengan andil 0,39 persen, beras dengan 0,17 persen, minyak goreng dengan 0,14 persen, sigaret kretek mesin dengan 0,14 persen dan kopi bubuk dengan 0,13 persen. “Penyumbang tertinggi emas perhiasan, baru beras,” katanya.
Sedangkan penyumbang deflasi di antaranya, air kemasan dengan 0,03 persen, daun bawang dengan 0,03 persen, bensin dengan 0,10 persen, cabai rawit dengan 0,15 persen, cabai merah dengan 0,26 persen.
BACA JUGA:Laju Inflasi Kota Cimahi Hanya 0,31 Persen, Pj Wali Kota: Jauh di bawah Rata-rata Nasional
Ninik melanjutkan, angka inflasi 2024 itu terbilang terendah dalam beberapa tahun terakir. Dalam catatannya, inflasi pada 2020 di angka 2,18 persen, lalu di 2021 ada di 1,69 persen, 2022 di 6,04 persen, dan 2023 di 2,48 persen. “inflasi y-o-y pada 2024 untuk kota kabupaten tertinggi di Kota Sukabumi. Ada di 2,59 persen,” imbuhnya.
Sementara itu catatan inflasi m-to-m pada Desember 2024 ada di angka 0,35 persen. Angka itu naik dibanding pada November yang di 0,24 persen. Ini bisa dikarenakan dampak dari momen libur natal 2024 dan tahun baru 2025 (Nataru).
Rinciannya untuk kelompok penyumbang inflasi teratas adalah makanan minuman dan tembakau dengan andil 0,31 persen. Lalu kedua adalah penyediaan makanan dan minuman atau restoran dengan 0,02 persen.
Dari sisi komoditas, yang memberikan andil inflasi teratas adalah telur ayam ras dengan 0,10 persen. Berikutnya cabai merah dengan 0,06 persen, minyak goreng dengan 0,04 persen, cabai rawit dengan 0,03 persen dan bawang merah dengan 0,03 persen.
Sedangkan komoditas penyumbang deflasi adalah tomat dengan 0,01 persen, daging ayam ras dengan 0,01 persen, buah naga dengan 0,01 persen.
Inflasi sendiri merupakan kondisi ekonomi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan daya beli uang menurun, sehingga nilai uang menjadi kurang. Inflasi terjadi ketika permintaan barang dan jasa melebihi penawaran, kenaikan biaya produksi, seperti upah dan bahan baku, kenaikan pajak, ketergantungan pada impor, dan kebijakan moneter yang longgar.