Walhi Sebut Banjir Bandang Sukabumi Akibat Hancurnya Hutan oleh Tambang, Sejumlah Perusahaan Dituding Jadi Faktor Penyebab

Iwang menerangkan, tidak salah jika kawasan hutan berubah fungsi oleh kegiatan ini, malah kecenderungan pihaknya, tanaman Kaliandra dan Gamal hanya menjadi kedok untuk menutupi tambang-tambang yang illegal.

Setelahnya di panen untuk kebutuhan suplay serbuk kayu ke PLTU. Walhi Jabar juga mengklaim telah menemukan adanya operasi tambang emas dikawasan hutan.

Di Ciemas, beroperasi PT Wilton dengan luas konsesi 300 hektare, dan juga di Simpenan beroperasi kegiatan tambang oleh PT Generasi Muda Bersatu.

“Kawasan perhutanan sosial tidak luput pula dari objek tambang sebagaimana terdapat di petak 93 Bojong Pari dan Cimaningtin dengan luas 96,11 hektare,” terangnya.

Bila mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sukabumi, kawasan tersebut tidak masuk pada lokasi pertambangan dan juga bukan sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
Iwang menjelaskan, bencana ekologis yang telah memporakporandakan wilayah Sukabumi, jelas karena adanya kontribusi perusahaan.

“Untuk itu, Walhi meminta Polri agar melakukan penegakan hukum tindak pidana lingkungan,” jelasnya.

Iwang menyampaikan, pihaknya mendesak agar pemerintah menuntut perusahaan untuk melakukan pemulihan lingkungan, mengganti kerugian yang diderita masyarakat dan mengevaluasi area perhutanan sosial yang dijadikan objek tambang.
Dia memaparkan, pihaknya sangat keberatan jika pemulihan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat hanya dibebankan kepada negara.

“Alasannya, banjir bandang di Kabupaten Sukabumi karena adanya andil besar perusahaan dan karena keuangan negara bersumber dari kebanyakan pajak rakyat,” paparnya.

Iwang menuturkan, ke depan pasca tanggap darurat dicabut pemerintah, Walhi mempertimbangkan untuk menempuh jalur hukum, terhadap pihak-pihak yang diduga kuat berkontribusi pada bencana ekologis di Sukabumi.

“Kami berharap pula kepada pemerintah untuk tidak gegabah memberikan perizinan kepada perusahaan ekstraktif dengan alasan investasi,” tururnya.
“Di sejumlah tempat bencana yang disumbang bahkan didalangi Perusahaan ekstraktif agar menjadi pembelajaran,” pungkas Iwang. (Bas)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan