JABAR EKSPRES – Pernah nggak, Kamu merasa lelah mengejar ambisi yang nggak ada habisnya? Kalau iya, mungkin Kamu bisa memahami fenomena yang lagi viral belakangan ini, “Tone Myself Down.”
Sebuah istilah yang semakin populer di kalangan Gen Z, fenomena ini bukan sekadar tren, tapi juga cerminan dari perubahan cara pandang tentang hidup.
Mereka memilih untuk memperlambat langkah, bukan karena putus asa, tetapi untuk memberikan ruang bagi diri sendiri.
Kenapa “Tone Myself Down” Begitu Relatable?
Baca Juga:Viral Video Lurah dan Staf 1 Menit 30 Detik, Berikut Informasinya!Your Lovely Day Artinya Apa dalam Bahasa Indonesia? Temukan Maknanya di Sini
Misalnya, Kamu tetap punya mimpi besar, tapi nggak lagi memaksakan diri untuk mencapainya dengan terburu-buru.
Kamu mulai memilih aktivitas yang benar-benar membawa makna, seperti menghabiskan waktu dengan keluarga, menikmati hobi lama, atau sekadar beristirahat tanpa rasa bersalah.
Bedanya dengan Menyerah
Ini penting, ya! “Tone Myself Down” beda banget sama menyerah. Ketika Kamu memutuskan untuk memperlambat langkah, Kamu masih punya kendali penuh atas hidupmu.
Kamu membuat keputusan dengan sadar dan bijaksana, memilih apa yang benar-benar penting, tanpa tekanan dari ekspektasi luar.
Sebaliknya, menyerah biasanya terjadi karena Kamu merasa kalah atau putus asa. Ketika menyerah, Kamu kehilangan kendali atas situasi, dan sering kali dampaknya negatif terhadap kesehatan mental.
Manfaat “Tone Myself Down” untuk Kesehatan Mental
Memilih untuk “Tone Myself Down” bisa jadi langkah besar menuju kesehatan mental yang lebih baik. Kamu nggak lagi membebani diri dengan target-target yang melelahkan.
