Menurutnya, bencana hidrometeorologi yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga oleh kondisi lahan kritis dan alih fungsi lahan yang masif.
Ajun merujuk pada riset tahun 2020 oleh Safarina bersama tim peneliti dari Teknik Sipil dan Teknik Geodesi Geomatika ITB, serta Teknik Sipil Unjani. “Riset tersebut menyebutkan bahwa luapan Sungai Citarum di Cekungan Bandung disebabkan oleh alih fungsi lahan di area hulu Sungai Citarum,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kejadian jebolnya tanggul Sungai Cisunggalah pada 21 November 2024, yang mengakibatkan banjir yang membawa lumpur dan sampah akar bambu. “Ini menunjukkan kondisi lahan kritis di hulu yang semakin parah,” pungkasnya.
(Bas)