JABAR EKSPRES – Kasus bullying di sekolah masih marak terjadi, persoalan ini pun masih menjadi satu pekerjaan penting yang belum bisa terselesaikan pemerintah saat ini.
Menanggapi hal ini, Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LP3A) Kabupaten Bandung Barat (KBB) menekankan perlunya kegiatan parenting skill sekolah ramah anak.
“Parenting skill sekolah ramah anak ini perlu didorong, program ini menjadikan guru sebagai teman dan sahabat,” kata Ketua LP3A KBB, Andri Mochamad Saftari kepada wartawan, Senin (18/11/2024).
Menurutnya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah seperti bullying, perundungan, dan kekerasan fisik lainnya hingga kini masih terus terjadi ibarat fenomena gunung es.
BACA JUGA:Desak Pemkot Bandung Segera Akselerasi Pembangunan Trotoar
Bahkan lanjut dia, bisa saja kasusnya lebih banyak lagi dibandingkan dengan yang muncul di permukaan atau dilaporkan ke Dinas Pendidikan.
“Kekerasan dan bullying oleh oknum guru atau siswa di KBB masih ada dan itu mengundang keprihatinan dari semua pihak. Makanya perlu untuk memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat,” ucapnya.
Karena itu, LP3A KBB siap untuk menjalankan tugas pengawasan guna mewujudkan kampanye sekolah ramah anak dalam mewujudkan generasi unggul. Mengingat sekolah haruslah menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi murid.
“Ketika kasus kekerasan masih marak terjadi di sekolah, ini menjadi pertanyaan semua pihak. Mengapa bisa terjadi, apakah kurangnya pembinaan dan pengawasan dari Pemda KBB atau karena faktor lainnya,” katanya.
BACA JUGA:Tanggapi Debat Pilgub Jabar ke- 2, Demul: Seperti Tanya Jawab
Menyikapi fenomena kekerasan di sekolah yang terjadi, penting bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk melakukan pengawasan kepada sekolah secara terpadu. Tidak hanya sekadar dengan imbauan atau aturan tertulis di atas kertas.
“lmbauan tidak cukup, semua harus turun, lakukan monitoring dan edukasi secara kontinyu agar menutup ruang gerak potensi timbulnya kekerasan di sekolah,” ujar pria yang akrab disapa Kang Ahmad ini.
Dirinya mencontohkan adanya kasus kekerasan dan bullying sesama murid di salah satu sekolah negeri di KBB, padahal itu sekolah unggulan dan berprestasi. Artinya tidak jaminan ketika sekolah bagus dan berprestasi terhindar dari kasus bullying.