CIREBON – Calon Gubernur Jawa Barat Nomor urut dua Jeje Wiradinata atau Cagub Jeje melakukan silaturahmi dengan aliansi buruh Cirebon, Minggu, 20 Oktober 2024.
Jeje hadir didampingi Ketua DPD PDI Perjuangan Ono Surono dan Calon Bupati dan calon wakil bupati nomor urut dua Kabupaten Cirebon, Imron dan Agus Kurniawan.
Dalam sambutannya Cagub Jabar Jeje Wiradinata mengatakan hak buruh harus diprehatikan, terutama upah mereka.
“Hak buruh seperti upah ini harus diperhatikan,” ucap Jeje dihadapan ribuan buruh Cirebon.
Menurutnya, satu hal yang paling penting yaitu mendapatkan fasilitas sama yang diberikan pemerintah, salah satunya asuransi buruh.
Jeje juga memperkenalkan salah satu misi pasangan Jeje-Ronal yakni Jabar Berdikari yang bertujuan menciptakan kemajuan, kemandirian, dan keadilan ekonomi melalui pertumbuhan penciptaan lapangan pekerjaan, standar pengupahan yang manusiawi dan produktif bagi kelangsungan hidup pekerja
“Kami concern pada kesejahteraan buruh, dimana buruh harus memiliki asuransi kesehatan, kecelakaan kerja dan jaminan kerja,” ucapnya.
Ia mengatakan jika terpilih sebagai Gubernur Jabar tidak lagi ada buruh mau demo sulit untuk ditemui.
Bahkan, kata dia, Gubernur sendiri yang akan mendatanginya. “Jadi nanti saya sendiri yang akan menemui buruh,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPD PDI Perjuangan Ono Surono mengatakan kehadiran Cagub Jeje jauh-jauh dari Pangandaran akan menyelesaikan persoalan buruh.
“Pak Jeje ini jawaban atas persoalan yang ada pada buruh. Insya Allah bila mendapat amanah menjadi Gubernur Jawa Barat beliau akan fokus menyelesaikan masalah buruh,” ucap Ono.
Ia memaparkan dalam Pepres No 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan di wilayah Rebana diantaranya, Subang, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon dan Kuningan.
Dalam Pepres tersebut Pemerintah mendorong meningkatkan fasilitas dan tumbuhnya ekonomi di wilayah tersebut.
Maka dalam hal ini, didorong adanya kawasan industri. “Namun akselerasi mewujudkan hal tersebut perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang baik,” katanya.
Disisi lain, menurut dia, diperlihatkan dengan upah minimum yang belum layak di wilayah Rebana ini.
“Seperti kita ketahui ada 40 pabrik tutup di Jabar pindah ke Jateng, karena upah minumnya rendah disana,” katanya.