Penerapan wisata pekarangan rumah diharapkan akan menjadi solusi minimalnya lahan terbuka pertanian maupun perkebunan di Kota Bogor.
Tinggal, kata Annida, bagaimana warga mau bergerak bersama, khususnya Gen Z 5 tahun mendatang yang memasuki usia beranjak dewasa hingga matang, mampu melihat wisata pekarangan orang tua mereka sumber cuan.
Peran wisata pekarangan untuk memicu ekonomi warga perlu gerakan anak muda, khususnya kaum rebahan dengan senjata jempol mereka berkreasi media sosial dan wadah digital yang disediakan pemerintah untuk menggencarkan wisata pekarangan.
“Urusan bagaimana membuat wisata pekarangan terwujud, bagaimana sistemnya, Insyaallah Kang Atang, (calon) Pak Wali bidangnya. Saya sebagai wakil, gaet Gen Z menghidupkan itu jadi viral, sumbang uang jajan juga buat mereka,” jelas Annida.
Menurut dia, tren menjadi influenser, kreator konten, selebgram, mengikuti arah platfoarm saja membuat karakter masyarakat susah terbentuk, yang penting cuan.
Unsur akademis, analisis, kesehatan, budaya daerah harus kuat masuk ke dalam gaya hidup masyarakat dalam mencari cuan supaya tidak hanya terbawa arus tren. Bogor, lanjutnya, harus bisa menciptakan tren, salah satunya dari kreasi pertanian, perkebunan dan wisata pekarangan.
“Kita (Kota Bogor) ladang sudah sempit, kebun sudah sempit, pekarangan pun jadi. Gen Z kan suka keindahan, gaya. Kita buat ngetren kreator wisata pekarangan,” tutur Annida.
Ke depan, sambung dia, Pemerintah Kota Bogor bergerak sebagai kota yang fokus pada jasa, wisata, termasuk wisata pekarangan dan kuliner akan membuat Bogor Smart System dan Inkubator bisnis lahir.
”Medeka yang mau jadi kreator wisata pekarangan di Tiktok, di Instagram, butuh modal ngonten, pelatihan, kerja sama tinggal koordinasi dengan pemerintah dan stakeholder. Ngonten dapat cuan, terus rebahan lagi buat istarahat enggak apa-apa,” tukas Annida. (YUD)