JABAR EKSPRES – Aplikasi Grapix AI kembali memicu kontroversi di kalangan penggunanya. Kali ini, para karyawan dan member diminta untuk melakukan top-up atau pembelian produk tambahan dengan iming-iming bahwa pencairan dana akan segera berhasil setelah menunggu selama tiga hari.
Namun, langkah ini justru menimbulkan kecurigaan di tengah komunitas member yang mulai mempertanyakan kredibilitas aplikasi ini.
Di berbagai grup obrolan, beredar kabar bahwa admin Grapix AI menyarankan seluruh karyawannya untuk melakukan pembelian produk tambahan. Hal ini diharapkan dapat mempercepat proses pencairan yang selama ini tertunda.
Baca juga : Withdraw Gagal, Apakah Aplikasi SAI AI Sudah Scam?
Janji ini tentunya menuai pro dan kontra, terutama karena beberapa member telah mengalami penundaan hingga lebih dari 72 jam tanpa kejelasan kapan dana mereka akan cair.
Admin aplikasi berjanji bahwa setelah melakukan pembelian tambahan, member hanya perlu menunggu selama tiga hari untuk proses penarikan dana yang tertunda. Dalam janji tersebut, admin meyakinkan bahwa sistem perbankan yang sempat mengalami gangguan akan kembali normal dalam waktu singkat. Namun, bagi banyak member, janji ini terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mengingat adanya riwayat penundaan sebelumnya.
Kecurigaan semakin meningkat ketika beberapa leader di komunitas member berupaya meyakinkan anggotanya untuk tetap melakukan top-up dan percaya pada proses ini. Di tengah desakan dan kekhawatiran akan potensi penipuan, salah satu leader bahkan mengklaim siap bertanggung jawab jika ternyata aplikasi ini berakhir scam.
Salah satu Admin yang menjadi manajer kota dalam komunitas Grapix AI berusaha menenangkan kekhawatiran member dengan pernyataan tegas. Ia berjanji bahwa jika dalam tiga hari ke depan pencairan masih belum bisa melakukan atau aplikasi ini menjadi scam, ia akan bertanggung jawab penuh atas dana yang tidak bisa cair.
Pernyataan ini menjadi semacam jaminan moral bagi beberapa member yang masih ragu untuk mengikuti arahan admin. Namun, banyak yang merasa bahwa janji leader tersebut hanyalah upaya untuk menjaga kepercayaan anggota, tanpa adanya jaminan konkret yang mengikat secara hukum.