Mengapa Aplikasi Temu Dinilai Berbahaya Bagi UMKM Indonesia?

JABAR EKSPRES – Pemerintah Indonesia, khususnya sejumlah pejabat, tengah menolak keras kehadiran aplikasi e-commerce asal China, Temu, karena dianggap bisa mengancam kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Aplikasi ini dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem bisnis lokal dengan model bisnisnya yang menghubungkan konsumen langsung ke produsen di China.

Baca juga : 7 Dompet Digital Terbaik di 2024 yang Membuat Hidup Jadi Lebih Praktis

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Budi Arie, secara tegas menolak keberadaan Temu di Indonesia.

Menurutnya, kehadiran Temu hanya akan merugikan masyarakat dan melemahkan produktivitas UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian digital di Indonesia.

“Kita tidak akan memberikan kesempatan. Masyarakat jadi rugi, padahal kita ingin ruang digital yang produktif dan menguntungkan,” ujar Budi Arie di Jakarta (1/10/24).

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, juga menyatakan kekhawatirannya.

Menurut Teten, dampak negatif dari kehadiran Temu bisa lebih besar dibandingkan Tiktok Shop yang sempat ramai dibahas.

Temu dapat memfasilitasi perdagangan lintas negara atau cross border, yang memungkinkan produk-produk murah dari China masuk langsung ke pasar Indonesia tanpa perantara seperti reseller atau affiliator.

“Ini lebih berbahaya daripada Tiktok Shop. Mereka bisa langsung membawa produk China ke pasar kita tanpa hambatan,” ungkap Teten dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI pada Juni 2024.

Bahaya Model Bisnis Aplikasi Temu untuk UMKM

Model bisnis aplikasi Temu memotong perantara seperti reseller dan affiliator, menghubungkan konsumen langsung dengan produsen, yang mayoritas berasal dari China.

Harga yang ditawarkan di Temu sangat murah, bahkan terkadang mendekati 0 persen di beberapa negara, seperti yang terjadi di AS.

Hal ini jelas mengancam UMKM lokal yang tidak mampu bersaing dengan harga murah tersebut.

Wientor Rah Mada, Direktur Utama Smesco Indonesia, menilai bahwa jika Temu diizinkan beroperasi di Indonesia, UMKM akan mati.

Menurutnya, harga produk yang ditawarkan Temu di beberapa pasar internasional, seperti AS, hanya mengenakan biaya pengiriman, tanpa biaya produk sama sekali.

“Ini aplikasi yang sangat berbahaya. Jika Temu masuk, UMKM kita pasti mati,” tegasnya dalam diskusi di Kemenkop UKM.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan