JABAR EKSPRES – Kaum muda, generasi milenial dan zilenial menjadi sasaran empuk para calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
Tak heran jika para paslon bupati dan wakil bupati Bandung Barat mulai mendekati kaum muda. Hal itu karena 50 persen dari total suara yang bakal diperebutkan berasal dari generasi milenial dan zilenial.
Namun demikian, muncul keresahan dan pertanyaan dari mereka. Misalnya aspirasi anak-anak muda mulai dari sulitnya mencari pekerjaan, atau generasi milenial dan zilenial diakui ada saat para berkepentingan ingin mencapai kursi saja.
“Lebih ke yang aksi nyata bukan hanya sekedar ingin merangkul para kaum muda. Jangan sampai para kaum muda hanya dijadikan komoditas untuk mencapai keinginan mereka, tapi harus ada solusi mengenai lapangan pekerjaan di daerah,” ungkap salah pemuda asal Kecamatan Rongga, Bandung Barat, Agus Muhamad Mingkail (30) kepada wartawan, Jumat (27/9/2024).
BACA JUGA: Satpol PP Kota Banjar Hentikan Pemasangan Tiang Telekomunikasi Ilegal
Dia menilai, saat ini narasi yang ditampilkan oleh para pasangan calon bupati dan wakil bupati Banduny Barat masih penuh dengan politik gimmick.
Pada akhirnya lanjut dia, politik gimmick tersebut tidak menghadirkan pesan mendasar terkait aspirasi atau kebutuhan dan kepentingan anak muda.
Apalagi saat ini tak sedikit generasi muda dalam setiap pemilihan kepala daerah sering kali tidak paham dengan gagasan-gagasan yang disampaikan oleh masing-masing pasangan calon yang sedang bertarung.
“Tampil tanpa melihat subtansi, seharusnya lihat apa keinginan dan apa yang dibutuhkan pemuda di Bandung Barat. Ya seperti membuka peluang pekerjaan,” tandasnya.
BACA JUGA: Aturan Main Konser Sheila on 7 “TUNGGU AKU DI” Bandung
Keresahan tersebut pun dijawab oleh calon wakil bupati Bandung Barat, yakni Gilang Dirga. Ia menegaskan, perlunya pemimpin muda untuk mengajak masyarakat Bandung Barat memprioritaskan pendidikan guna peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Yakin bisa, yang diperlukan adalah tokoh muda yang mampu berbicara agar pesan yang disampaikan bisa dimengerti oleh masyarakat,” kata Gilang beberapa waktu lalu di Lembang.