Cerita Reni saat Rumahnya Hancur Akibat Gempa 5.0 Magnitudo di Kabupaten Bandung

JABAR EKSPRES – Kecamatan Kertasari menjadi wilayah yang paling terdampak akibat gempa 5.0 Magnitudo melanda Kabupaten Bandung pada Rabu (18/9) pagi.

Ribuan rumah warga pun terdampak akibat gempa tersebut, bahkan BPBD Jawa Barat mencatat hingga Kamis (19/9) pukul 08.00 WIB, sebanyak 3.283 rumah rusak, terdiri dari 532 rumah rusak berat, 475 rumah rusak sedang, dan 1.013 rumah rusak ringan dan 1.263 terdampak rusak.

Reni Herawati (47) salah satu warga Desa Cibereum, Kecamatan Kertasari hanya bisa menangis tatkala rumahnya yang ditempati sejak 2006 porak poranda akibat gempa.

Menurutnya, pada saat gempa tidak ada tanda-tanda rumahnya akan roboh.

“Jadi emang gak ada tanda-tanda apapun, tiba-tiba aja ada getaran yang besar terus rumah langsung roboh,” ujarnya saat ditemui, Kamis (19/9).

BACA JUGA: BNPB: Gempa Bumi di Kabupaten Bandung Bukan Dipicu Sesar Garsela atau Sesar Lembang

Reni menjelaskan, dalam waktu hitungan detik rumah yang dibangun bersama suaminya ini runtuh seketika saat getaran gempa semakin membesar.

“Jadi gak ada aba-abanya. Langsung aja rumah runtuh semua. Tapi gak lama kejadiannya, hanya beberapa detik. Cuma langsung hancur aja ambruk,” kata dia.

Menurutnya, saat gempa dirinya sedang berada di rumah bersama suaminya. Kemudian getaran tiba-tiba datang bersamaan dengan jeritan warga lain di sekitar kediamannya.

“Alhamdulilah saya sama suami langsung lari menyelamatkan diri keluar, kalau suami ada luka dibagian kaki. Terus anak-anak juga kebetulan lagi di sekolah,” ungkapnya.

Saat diluar rumah, Reni pun melihat kondisi rumah sudah banyak debu bahkan menutupi bangunan rumah yang diketahui ternyata roboh.

BACA JUGA: LINK Hasil Administrasi CPNS 2024 Sumbar, Sumsel dan Sumut, Cek PDF Pengumumannya

“Jadi udah gak kelihatan apa-apa di dalem, karena ketutup bangunan, ada asap kebul juga. Alhamdulillah masih bisa keluar,” terang dia.

Namun menurut Reni, gempa ini bukan sekali terjadi, melainkan dua kali terakhir terjadi pada tahun 2009.

Kala itu, rumah Reni belum dibangun lantai dua, sehingga kerusakan yang dialami tidak terlalu signifikan.

“Saya tinggal dari 2006. Ini kedua kalinya. Tahun 2009 pernah rusak. Cuma ini yang paling parah,” ujar dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan