BACA JUGA: SIM Keliling Kabupaten Bandung Sabtu 10 Agustus, Ada 2 Lokasi
Untuk Pilkada serentak tahun 2024 ini, Yus memprediksi adanya campur tangan kuat dari oligarki penguasa tingkat pusat yang akan mempengaruhi upaya melawan kotak kosong dalam Pilkada.
Ia menegaskan bahwa rekayasa dari pihak penguasa dilakukan karena adanya atmosfer pasca Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif dan presiden beberapa bulan sebelumnya.
“Kami melihat adanya pengaruh pemilu yang dilaksanakan di tahun yang sama, sehingga atmosfer pemilu kemarin membawa dampak ke dinasti. Indikasi-indikasi rekayasanya sudah mulai terlihat, sebelumnya mungkin tidak terlihat, tetapi sekarang sudah terbuka karena ada upaya rekayasa dengan menggunakan penjegalan dan pemaksaan yang bahkan dapat mengancam,” beber Yus.
BACA JUGA: Awas Macet! Ini JAM dan RUTE Kirab Bendera di Monas-Halim Jakarta Hari Ini 10 Agustus 2024
Sementara itu pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti menambahkan, bahwa pimpinan pusat yang memberikan mandat langsung kepada kader-kadernya di daerah memberikan peluang lebih besar bagi mereka untuk melakukan manipulasi dalam Pilkada tanpa memperhitungkan potensi-potensi dan nilai kultural yang ada.
“Ini kan main otak-atik bagian upaya untuk memanipulasi posisi, agar kursi kosong Gubernur, Bupati/Walikota bisa ditempati oleh partai politik. Namun jika SK-nya diatur di tingkat Kabupaten, maka variasinya akan sangat beragam,” geram Ray. (YUD)