JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Sektor pariwisata di Jabar masih perlu dikerek. Terutama pasca peralihan Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat tren kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melalui pintu masuk Bandara Kertajati belum semoncer ketika melalui Bandara Husein Sastranegara. Tercatata pada Juni 2024 ini misalnya, baru ada 687 wisman yang masuk ke Jabar.
Jumlah itu cukup jauh jika dibandingkan dengan kedatangan wisman saat masih pengoperasian Bandara Husein Sastranegara. Tercatat pada periode Juni 2019 atau sebelum ada pandemi Covid 19, ada 8.652 wisman.
Kemudian tren M-to-M antara Mei dan Juni 2024 sendiri juga mengalami penurunan. Di Mei lalu ada 1.360 wisman yang masuk melalui Bandara Kertajati. Atau anjlok 49,49 persen.
Dari sisi negara asal, wisman Malaysia masih yang mendominasi. Jumlahnya di angka 646 orang.
Kepala BPS Jabar Marsudijono mengungkapkan, untuk mendongkrak wisman dari Bandara Kertajati memang membutuhkan kebijakan dari pemerintah yang cukup berpihak. “Misal ada rencana mau dijadikan Bandara Umrah, itu salah satu solusi,” paparnya.
Marsudijono menambahkan, Bandara Kertajati sudah dibangun maka mau tidak mau harus dirawat dan dikembangkan. Selain itu menurut pengalaman pribadinya, memang akses menuju bandara tersebut memang harus ditingkatkan. Karena bisa jadi masyarakat akan lebih memilih ke Jakarta dari pada ke Kertajati jika akses belum maksimal.
Sementara itu Kepala Biro Perekonomian Jabar Yuke Mauliani Septina menambahkan, semangat pembangunan Bandara Kertajati adalah sebagai penyeimbang wilayah. Itu menjadi akses transportasi udara khususnya wilayah Ciayumajakuning dan perbatasan Jawa Tengah. “Memang dalam perjalanan belum semua maskapai ikut pindah saat pengoperasian,” cetusnya.
Yuke mencontohkan, Pemprov pernah berkomunikasi dengan salah satu maskapai untuk menyediakan penerbangan di Kertajati, tapi mereka juga terkendala kehabisan armada. “Jadi faktornya dari maskapai juga,” sambungnya.
Namun demikian, Yuke juga mengakui bahwa sejauh ini masyarakat yang memanfaatkan bandara itu juga masih kebanyakan dari warga Bandung dan sekitar. Warga sekitar maupun dari perbatasan Jateng juga belum banyak.(son)