Lebih Dekat dengan Bandung Jamuga, Program Inisiasi Pemkot guna Membentuk Ketahanan Keluarga

JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota Bandung bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) baru saja meluncurkan program baru bertajuk Bandung Jamuga (Jam Untuk Keluarga). Hal ini satu dari sekian program yang diinisasi Pemkot guna menyongsong Bandung Zero Bullying.

Dalam upaya menggapai cita-cita tersebut, Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati menyebut, keterlibatan keluarga berperan vital guna pembentukan karakter sang anak. Maka dari itu, program ini diharapkan bisa mempererat keterhubungan orang tua dan anak.

“Nah kalau jamuga itu sebetulnya jam untuk keluarga. Ini sangat berpengaruh bahwa keluarga itu, peran keluarga itu sangat penting dalam membentuk karakter anak di rumah. Kan mereka sebelum sekolah itu jam terbanyak itu ada di keluarga,” katanya saat deklarasi Bandung Zero Bullying dan Bandung Jamuga, Selasa (30/7).

Dirinya tak menampik bahwa modernisasi jadi faktor tersulit dalam pengaplikasian program tersebut. Namun Uum menegaskan, hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan.

BACA JUGA: Komisi III Dorong Pemprov Kurangi Dana Transfer ke Daerah

“Nah kita coba tingkatkan dengan kondisi saat ini kan dengan perkembangan teknologi satu di antaranya, kadang-kadang kita nggak bisa lepas dari gadget ya. Kita bersama keluarga tapi sama-sama pegang gadget,” ucapnya.

“Ini bisa diisi dengan apapun yang disukai oleh keluarga, bisa nonton bareng, bisa makan bersama, olahraga bersama gitu ya ngobrol santai, nyanyi bareng dan sebagainya yang bisa membangun kemistri antara anak dan orang tua,” tambah Uum.

Dikatakan Uum, hal ini guna menghilangkan fenomena “Fatherless” dipemikiran sang anak. Anak kerap berfikir dirinya memiliki orang tua namun perannya kurang dirasakan, sehingga hal tersebut tentunya berpengaruh pada perubahan perilaku baik dilingkungan rumah maupun pendidikan.

“Kemistrinya semakin dekat antara orang tua dengan anak. Anak tidak lagi merasakan fatherless, ada ayah tapi tidak merasakan ada ayah, Nah seperti itu diantaranya. Berarti kan implementasi dimulai dari keluarga,” ungkapnya.

BACA JUGA: Gagal Kelabui Petugas, Pelaku Penyelundupan Sabu ke Lapas Jelekong Ditangkap!

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan