Cara Menghitung Weton Berdasarkan Kalender Jawa Beserta Penafsirannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

295.Jumadil awal306.Jumadil akir297.Rejeb308.Ruwah (Arwah, Saban)299.Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan)3010.Sawal2911.Séla (Dulkangidah, Apit)*)3012.Besar (Dulkahijjah)29/30Total354/355

Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut.

  • Warana • Sura, artinya rijal;
  • Wadana • Sapar, artinya wiwit;
  • Wijangga • Mulud, artinya kanda;
  • Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka;
  • Widada • Jumadilawal, artinya wiwara;
  • Widarpa • Jumadilakir, artinya rahsa;
  • Wilapa • Rejeb, artiya purwa;
  • Wahana • Ruwah, artinya dumadi;
  • Wanana • Pasa, artinya madya;
  • Wurana • Sawal, artinya wujud;
  • Wujana • Séla, artinya wusana;
  • Wujala • Besar, artinya kothong.

Keterangan:

Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai Apit Lemah. Séla berarti batu; yang berhubungan dengan lemah yang berarti adalah “tanah”.

Penampakan bulan dalam penanggalan Jawa sebagai berikut.

  • Tanggal 1 bulan Jawa, bulan terlihat sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang;
  • Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan dengan purnama sidhi, bulan terlihat penuh melambangkan orang dewasa yang telah bersuami atau beristri;
  • Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan dengan purnama, bulan terlihat masih, penuh tetapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang;
  • Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan dengan panglong, ini dimaknakan dengan seseorang yang sudah mulai kehilangan daya ingatannya;
  • Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan dengan sumurup, ini dimaknakan dengan seseorang yang  sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain atau kembali layaknya seorang bayi;
  • Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan dengan manjing, ini dimaknakan dengan manusia kembali ke tempat asalnya lagi.

Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat ketika manusia akan mulai dilahirkan kembali ke kehidupan dunia yang baru.

Siklus Tahun dalam Penanggalan Jawa

Satu tahun dalam  kalender Jawa memiliki umur 354 3/8 hari. Untuk itulah, terdapat siklus delapan tahun yang disebut sebagai windu. Dalam satu windu terdapat delapan tahun yang masing-masing memiliki nama tersendiri, yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Tahun Ehe, Dal, dan Jimakir memiliki umur 355 hari dan dikenal sebagai tahun panjang (Taun Wuntu), sedangkan sisanya 354 hari dikenal sebagai tahun pendek (Taun Wastu). Pada tahun panjang tersebut, bulan Besar sebagai bulan terakhir memiliki umur 30 hari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan