Warga asal Antapani, Andhika Putra (26) mempertanyakan implementasi Pemkot Bandung terkait program Bebas Macet. Pasalnya, dirinya mengaku lelah dengan kondisi lalu lintas di Kota Kembang.
“Gimana ya, kayak gak ada perubahan aja. Coba cek aja fly over yang di Jalan Jakarta kalau maghrib, itu kan jadi dua arah, macetnya parah. Bisa satu jam kejebak disitu,” kata Andhika kepada Jabar Ekspres, Rabu (17/7)
Belum lagi menurutnya, Bandung di dominasi persimpangan-persimpangan yang menjadi pemicu kerap terjadinya macet panjang. Maka dari itu, dirinya mempertanyakan peran Dishub dalam mengatasi permasalahan tersebut.
“Jalannya kecil-kecil, banyak persimpangan, belum lagi pak ogah. Meskipun ada pembatasan jalan pak ogah ini suka bandel, coba mungkin Dishub lebih rutin melaksanakan patroli, soalnya ini yang kadang jadi penyebab,” ujarnya
“Mereka mah gak memperdulikan macetnya, justru kalau macet senang dia. Ada pemasukan dari tiap mobil, kan momennya disitu,” tambahnya
Dari sisi transportasi, pengguna Bus Damri asal Jatihandap, Miawati (31) meminta agar Dishub Kota Bandung gerak cepat dalam mengefektifkan sistem transportasi yang ada.
Menurutnya, nilai minor hanya terdapat pada sarana prasana pendukung transportasi dan jangkauan angkutan massal yang belum mencakup seluruh wilayah di Bandung.
“Sebenarnya kaya damri, TMB, TMP itu udah lumayan nyaman, plus murah lagi yah. Cuman yang suka bingung itu kaya nunggunya harusnya dimana, datangnya jam berapa, itu aja sih,” ungkapnya
“Kalau angkot sih no komen yah, punya pengalaman buruk soalnya. Gak nyaman aja entah dari supirnya yang kadang tarif nya gak sesuai, terus yang bikin jengkel ngetemnya,” bebernya.
Terakhir, dirinya menyambut baik soal wacana BRT yang bakal hadir di Kota Bandung dengan highway yang terpisah dengan lalu lintas yang ada. Rencananya, BRT bakal terealisasi pada tahun 2025 dan efektif di tahun 2027.
“Kalau bisa dipercepat deh. Yakin da kalau memang betul ada, banyak yang bakal menggunakan transportasi publik,” pungkasnya (Dam)