JABAR EKSPRES – Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Banjar H sunarto menerangkan, jumlah angka pengangguran di Kota Banjar hasil pendataan terakhir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjar mencapai 5.914 orang.
“Terbaru, jumlah angka penganggauran hasil dari pendataan yang dilakukan oleh BPS Banjar, angka pengangguran di Kota Banjar tahun 2023 akhir jumlahnya sekitar 5.914 orang,” kata dia, Rabu 12 Juni 2024.
Menurut dia, upaya untuk menekan angka pengangguran terus dilakukan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam dan di luar Kota Banjar.
“Kami juga setiap tahun menggelar job fair, tahun ini melibatkan sebanyak kurang lebih 20 perusahaan,” kata Sunarto.
Selain berupaya melalui program job fair, pihaknya juga menekankan pada pemilik perusahaan yang akan membuka investasinya di Kota Banjar agar merekrut pegawai atau tenaga kerja dari lokal Kota Banjar.
“Terbaru ada pabrik rokok, dan konveksi. Kami menyampaikan kepada perusahaan-perusahaan itu agar merekrut tenaga kerja dari lokal Kota Banjar,” katanya.
Soal keahlian SDM, pihaknya mengklaim telah melakukan berbagai upaya pelatihan bagi calon pekerja untuk meningkatkan dan mengasah skilnya.
“Kami berikan pelatihan kerja terlebih dahulu, agar ketika sudah diserap oleh perusahaan, mereka ini sudah siap bekerja dengan baik,” katanya.
Selain memberikan pelatihan kerja, pihaknya juga mengirimkan atau memberangkatkan calon tenaga kerja ke lur negeri untuk siap bekerja di perusahaan di sana.
Sebelumnya, sejak dinyatakan sebagai kota otonom pada tahun 2003, Banjar telah mengalami kemajuan yang signifikan. Namun, dalam 21 tahun terakhir, warga Banjar merasa bahwa kemajuan tersebut belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi dan standar hidup yang semakin tinggi.
Pemerhati Pemerintah Kota Banjar Firman Nugraha SH CLA mengatakan, meskipun Kota Banjar telah berkembang pesat sejak mendapatkan status otonomi, namun publik merasa bahwa pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan mereka.
“Persepsi masyarakat terhadap pembangunan Kota Banjar juga berbeda antara era pemerintahan awal dan saat ini. Pada awalnya, masyarakat begitu antusias dengan percepatan pembangunan sebagai daerah baru. Namun, saat ini, antusiasme masyarakat dalam mengapresiasi pembangunan telah berkurang. Hal ini disebabkan oleh tingginya ekspektasi publik terhadap pemerintah dan pembangunan,” kata Firman Nugraha, Senin 10 Juni 2024.