JABAR EKSPRES – Suharsono, seorang pria yang mengaku sebagai rekan kerja Pegi Setiawan alias Perong yakini temannya merupakan korban salah tangkap dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon yang terjadi 2016 silam.
Suharsono yang sama-sama berprofesi sebagai tukang bangunan seperti Pegi itu pun menyatakan bahwa dirinya berani memberi kesaksian untuk membela rekan kerjanya tersebut.
“Saya berani bersaksi kalau bukan dia (Pegi) pelakunya,” ujarnya dikutip dari jawapos.com.
BACA JUGA:Jadi Otak Pelaku, Polisi Sebut Pegi Orang Pertama yang Melakukan Pemerkosaan Terhadap Vina
Sebelumnya, Pegi Setiawan (PS) alias Perong ditangkap pihak kepolisian di wilayah Kota Bandung, Selasa (21/5/2024) dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pembunuhan terhadap korban Vina dan Rizky alias Eki.
Pegi alias Perong merupakan satu dari 3 daftar pencarian orang (DPO) yang berhasil diamankan oleh pihak kepolisian terkait kasus ini.
Namun, publik mulai bertanya-tanya dan merasa janggal sebab pada konferensi pers yang digelar di Mapolda Jawa Barat, Minggu (26/5) secara mengejutkan polisi menghapus dua nama lain yakni Andi dan Dani yang sebelumnya ditetapkan sebagai DPO.
BACA JUGA:Sebut Hanya Pegi yang Telibat, Polda Jabar Hapus 2 DPO Lain di Kasus Vina Cirebon
Hingga muncul pernyataan dari seorang yang mengaku sebagai rekan kerja Pegi Setiawan alias Perong selama menjadi buruh bangunan.
Selain itu salah seorang tetangga PS memberikan keterangan bahwa Pegi mulai merantau mengikuti ayahnya sejak 2014, sehingga pada saat adanya peristiwa pembunuhan Vina dan Eki tersebut Pegi tidak berada di Cirebon.
Hal senada juga disampaikan Suharsono yang mengaku ikut dalam proyek di ayah Pegi di Bandung.
BACA JUGA:Tak Menyangka Pegi Terlibat Kasus Vina Cirebon, Ketua RW: Anaknya Baik Gak Aneh-Aneh
“Jadi, dari Cirebon itu ada saya (Suharsono), Pegi (Perong), Ibnu, Suparman, sama bapaknya Pegi,” ujarnya saat ditemui Radar Cirebon, Minggu (26/5).
Kemudian dia juga menuturkan bahwa dirinya mengingat adanya peristiwa pembunuhan terhadap Vina yakni pada 27 Agustus 2016 silam. Tidak jauh dari tanggal kejadian tersebut, Suharso memutuskan untuk pulang ke Cirebon karena tidak betah bekerja di Bandung.