JABAR EKSPRES – Menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Baru Cicalengka, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung dinilai merugikan.
Hal itu diutarakan oleh Pengurus Pedagang Dalam Pasar Baru Cicalengka, Denwisky atau akrab disapa Dawai.
“Sangat terdampak (dengan keberadaan PKL), hampir 70 persen pendapatan merosot dari yang biasanya normal,” katanya kepada Jabar Ekspres, Senin (27/5).
Dawai menerangkan, tak sedikit para pedagang resmi alias yang berada di dalam Pasar Baru Cicalengka mengeluhkan keberadaan PKL yang kian menjamur.
“Banyak yang mengeluh terutama pedagang basahan sayuran,” terangnya.
BACA JUGA: Aplikasi Wilmar Penghasil Uang Sudah PUNYA izin OJK? Ini Faktanya
Dawai menjelaskan, selain dampak karena konsumen banyak terserap oleh PKL sebelum masuk ke dalam pasar, yakni arena bandar di luar juga tak sedikit yang masih menjual sayuran secara eceran sampai pagi.
“Bandar ataupun PKL yang lain sampai siang hari juga ada yang masih menjual barang,” jelasnya.
Dawai mengungkapkan, apabila melihat sejarah, dahulu di depan Pasar Baru Cicalengka, maupun ruas Jalan Kabupaten Bandung tidak banyak PKL yang mejeng.
“Yang saya tahu, sebetulnya dari dulu sebelum pasar kebakaran, namun pasar sudah jadi dan megah diharapkan semua masuk untuk mengisi semua kios, sesuai yang diharapkan para pedagang di dalam yang legal,” ungkapnya.
BACA JUGA: PKL Kian Menjamur, Pemdes Cicalengka Wetan Klaim Tak Ada Retribusi: Para Pedagang Tiba-tiba Muncul
Akan tetapi, Dawai berujar, PKL bermula terlihat hanya ada satu-dua oknum, yang dari informasi telah diberi izin oleh PT Bangun Bina Persada, untuk membuka lapak di sekitar terowongan pasar.
“Sekarang (PKL) antara dapat izin dari warga sekitar saya kurang tahu, namun tidak dapat izin dari para pedagang yang di dalam gedung,” ujarnya.
Dawai memaparkan, karena banyak para pedagang resmi di dalam pasar yang terdampak akibat menjamur PKL, sehingga mereka mencoba untuk berkoordinasi dengan pihak PT Bangun Bina Persada serta UPTD Pasar Cicalengka.
“Kami sering rapat rembukan pihak PT, pihak UPTD dan pedagang asli di dalam gedung, namun hasilnya nol persen,” paparnya.