Menurut peneliti senior Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) Fahmy Iss Wahyudi, loyalitas pemilih terhadap partai politik cenderung menurun tiap periodenya. Oleh karena itu, pemenang pemilihan legislatif di Kota Bandung selalu berganti dan tak ada yang benar-benar mendominasi.
“Pemilih di Kota Bandung itu rasional. Namun karena rasionalitas itu lah, pemilih di Bandung acap kali terpengaruh oleh isu yang tengah berkembang di masyarakat,” ujarnya, dalam diskusi bertajuk Membaca Peta Koalisi Partai Politik Jelang Pilwalkot Bandung Tahun 2024 di kawasan Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jumat 17 Mei2024.
Fahmy menekankan, isu yang memengaruhi pemilih utamanya yang memiliki urgensi atau dampak langsung kepada mereka. Maka itu, perpolitikan di Kota Bandung cenderung rasional, namun loyalitas terhadap partai politik rendah.
“Idealnya demokrasi itu harus diperkuat oleh karakteristik pemilih yang loyal terhadap partai politik, sehingga ada stabilitas. Karena kerap kita jumpai pemenang pemilunya beda-beda, sehingga kebijakan pembangunannya berganti,” terangnya.
Dirinya memandang koalisi partai di pusat atau nasional tak akan terlalu berpengaruh untuk peta koalisi di lokal tingkat kabupaten/kota, termasuk Bandung. Katanya, ada beberapa faktor misalnya seperti karakteristik pemilih, faktor partai, dan lainnya.
“Peluang (sama) dengan pusat kemungkinannya kecil, karena tingkat lokal punya perhitungan dan pertimbangan koalisi berbeda terutama hitungan partai,” jelasnya.
Sementara, pakar komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Kunto Adi Wibowo menilai, mesin partai politik menjadi faktor utama seorang tokoh atau pasangan calon kepala daerah bisa memenangkan kontestasi pilkada di Bandung.
“Jadi, mesin partai mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam pemenangan calon kepala daerah di Bandung,” tegasnya. (bbs)