JABAR EKSPRES – Di tengah isu polusi dan kelangkaan bahan bakar fosil, bioetanol hadir sebagai angin segar menawarkan solusi mobilitas yang ramah lingkungan.
Dibuat dari sumber daya terbarukan seperti tanaman, bioetanol memiliki potensi mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemandirian energi.
Yuk simak lebih dalam tentang kelebihan dan kekurangan bioetanol yang akan menggantikan BBM pertalite di SPBU, berikut ini rangkumannya dari beberapa sumber.
Kelebihan Bioetanol:
- Ramah Lingkungan: Bioetanol diproduksi dari bahan baku nabati seperti tebu, jagung, dan singkong, menjadikannya sumber energi terbarukan. Proses produksinya pun ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan bensin.
- Ketersediaan Bahan Baku: Bahan baku bioetanol beragam dan melimpah. Berbagai tanaman di Indonesia, seperti tebu dan jagung, dapat diolah menjadi bioetanol. Hal ini membuka peluang kemandirian energi bagi negara dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
- Performa: Bioetanol memiliki angka oktan tinggi yang dapat meningkatkan pembakaran pada beberapa mesin. Dengan penyesuaian tertentu, bioetanol berpotensi meningkatkan performa mesin kendaraan.
BACA JUGA: Mengenal Bioetanol, BBM Baru Ramah Lingkungan Pengganti Pertalite
Kekurangan Bioetanol:
- Efisiensi dan Daya Jelajah: Bioetanol memiliki kandungan energi yang lebih rendah dibandingkan bensin. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan efisiensi bahan bakar dan daya jelajah kendaraan.
- Dampak pada Lahan: Penggunaan lahan untuk budidaya tanaman bioetanol dapat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kelangsungan pangan jika produksi bioetanol tidak terkendali.
- Harga dan Infrastruktur: Harga bioetanol saat ini lebih mahal dibandingkan bensin. Selain itu, infrastruktur pengisian bahan bakar bioetanol masih terbatas.
Bioetanol: Masa Depan yang Menjanjikan?
Bioetanol menawarkan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan pengembangan teknologi dan infrastruktur yang berkelanjutan, bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar utama untuk kendaraan di masa depan.