JABAR EKSPRES – Perjuangan salah satu peserta Kontes Layanan Honda Regional 2024 sangat ketat dan penuh perjuangan, dari ratusan peserta yang lolos hanya 21 orang untuk berkompetisi di tingkat nasional.
Salah satunya adalah Aisyah Nurul Fitri, Juara 1 FLP Reguler Netral Jaya Motor Tasikmalaya. Persiapan yang dilakukannya selama tiga bulan untuk mengikuti kontes tersebut lebih pada penguatan wawasan.
“Kalau persiapan sih kebanyakannya di belajar kaya akan materi-materi butuh di-refresh jadi kayak harus banyak-banyak buka modul di akademi satu hati,” ungkapnya baru-baru ini.
Belajar tentang produk dan pengetahuan baru menjadi penting, karena menurut Aisyah produk ‘noise’ tidak selalu tersedia setiap hari. Ini memungkinkan kita untuk mandiri dalam pencarian informasi, yang merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran.
“”Persiapan mental dan keberanian sangatlah penting dalam menghadapi persaingan ini. Kita harus berani dan mampu untuk bertanding, karena tidak hanya kita yang memiliki potensi yang hebat,” ujarnya.
Sebagai peserta Frontline People dalam kontes ini, Aisyah mengungkapkan bahwa ia tidak ada pelatihan khusus dan mengandalkan pengalaman sehari-hari dalam bekerja sebagai modal kompetisinya.
“Untuk saya itu adalah komplain handling. Jadi misalnya ada orang komplain, kita harus menghandle gimana caranya supaya komplainnya selesai beres,” ungkap Aisyah.
“Pola atau metode untuk mengatasi hal tersebut telah diajarkan melalui modul khusus. Konsep-konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kita,” tambahnya.
Aisyah mengaku, persiapan untuk maju ke tingkat nasional memerlukan waktu tiga bulan dan melibatkan penyampaian banyak materi. Persiapan tersebut akan mencakup pemberian materi dari maindealer.
“Karena proses dari seleksi juga udah 3 bulan lumayan banyak materi yang disampaikan,” bebernya.
Saat ditanya terkait hal paling berat saat mengikuti kompetisi tersebut, Aisyah mengungkapkan sesi fokus grup diskusi (FGD )merupakan tantangan terberat baginya dalam mengikuti kompetisi, karena tekanan yang ketat yang dirasakannya.
“Menjadi seimbang antara menjadi orang yang bertanya dan orang yang ditanya adalah hal yang sangat penting,” ungkap Aisyah.
Dalam pengalaman public speaking di hadapan banyak orang, Aisyah merasa situasi tersebut seperti sidang skripsi, sering kali pertanyaan yang diajukan tidak merata dan terasa seperti ditanya oleh beberapa orang sekaligus.