Naskah Khutbah Jumat Tentang Mempertahankan Kualitas Ibadah Setelah Ramadhan Berakhir

Di bulan Syawal ini, semangat untuk beribadah kepada Allah tidak boleh kendor. Daya kita yang diisi selama Ramadhan itu tentu masih mampu melanjutkan di bulan Syawal ini dan di bulan-bulan selanjutnya. Insyaallah.

Bulan Syawal ini terdapat keutamaan yang tak kalah pentingnya dengan bulan-bulan lainnya. Mari kita raih keutamaan tersebut. Apa itu? Adalah balasan pahala puasa sunnah Syawal yang setara dengan berpuasa setahun lamanya.

Puasa sunnah Syawal hanya dikerjakan dalam waktu enam hari. Namun pahalanya begitu besar. Kita dianjurkan melaksanakan ibadah puasa ini, sebagaimana dalam hadits Nabi yang berbunyi:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun” (HR Muslim).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Bila kita telah sanggup melaksanakan puasa Ramadhan satu bulan lamanya, maka kita tentu lebih sanggup mengerjakan puasa Syawal yang hanya enam hari. Idealnya puasa Syawal memang dikerjakan dimulai tepat satu hari setelah shalat Idul Fitri, yakni dimulai dari tanggal 2 hingga tanggal 7 Syawal. Namun, ulama menegaskan bahwa pelaksanaan puasa sunnah ini tidak selalu harus ideal, berpuasa di luar tanggal itu, sekalipun tidak berurutan, tetap mendapat keutamaan puasa Syawal seperti pahala puasa wajib setahun penuh.

Baca juga : Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Ketakwaan Sebagai Fondasi Kesejahteraan Sosial

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Selain mendapatkan pahala puasa yang setara setahun, orang yang membiasakan puasa Syawal ini menandai puasa Ramadhan yang kita laksanakan kemarin insyaallah diterima oleh Allah swt. Sesungguhnya Allah swt apabila menerima amal kebaikan seseorang, akan menganugerahi ia untuk berbuat kebaikan setelah itu. Sebagian ulama mengatakan sebagaimana berikut ini:

“Ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya, maka siapa saja yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama, pun halnya orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk maka yang demikian adalah tanda ditolaknya kebaikan yang ia kerjakan”.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan