JABAR EKSPRES – Sejumlah komoditas di Pasar Tradisional Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami kenaikan pasca hari raya Idul Fitri 1445 Hijriyah.
Kenaikan harga itu di antaranya terjadi pada bawang merah. Meski hanya terjadi pada bawah merah, adapula komoditas yang belum mengalami penurunan harga.
Pedagang di Pasar Tradisional Tagog Padalarang, Fitriani (32) menyebut, harga bawang merah melambung dibandingkan pada saat seminggu sebelum lebaran.
“Harga bawang merah Rp68 ribu perkilogram. Satu minggu sebelum lebaran harganya Rp48 ribu sampai Rp50 ribu,” kata Fitri saat ditemui di Pasar Tagog Padalarang, Selasa (16/4/2024).
Kenaikan komoditas selain terjadi pada bawang merah. Kenaikan harga pun terjadi pada bawang daun, dari semula Rp29 ribu per kilogram menjadi Rp31 ribu per kilogram.
Sedangkan untuk cabai merah turun menjadi Rp40 ribu per kilogram setelah Lebaran dari yang sebelumnya Rp60 ribu per kilogram, untuk bawang putih Rp50 ribu per kilogram, dari semula Rp58 ribu per kilogram.
“Bawang daun naik Rp2 ribu, dan untuk yang lainnya cenderung turun. Tetapi untuk harga bawang putih di angka Rp50 ribu per kilogram masih masuk kategori mahal,” jelasnya.
Fitri menyebut dirinya tak tahu alasan pasti harga bawang merah dan putih masih melambung tinggi dibandingkan pada saat sebelum lebaran.
“Enggak tahu, tahu-tahu naik saat mendekati hari raya lebaran,” imbuhnya.
Sementara untuk harga ayam potong harganya Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram sama seperti pada saat lebaran.
“Harga ayam masih sama seperti saat lebaran. Harga normalnya Rp32 ribu sampai Rp34 ribu per kilogram,” ungkap Enung (52), pedagang ayam potong.
Ia menduga, mahalnya ayam potong pascalebaran terjadi karena banyak agen atau penjual lainnya masih tutup.
“Mungkin masih mudik lebaran, disini pun belum sepenuhnya buka penjual ayam potong,” katanya.
Sementara itu, salah satu pembeli di Pasar Tradisional Tagog Padalarang, Titin berharap harga komoditas seperti bawang, dan juga ayam potong kembali normal.
“Mudah-mudahan kembali normal harganya, karena bahan pangan masih tinggi. Mengelola keuangan untuk belanja pun harus dikurangi,” tandasnya. (Wit)