JABAR EKSPRES – Yuk buktikan apakah kamu tolol atau tidak dengan mengakses link tes ketololan gratis.
Apabila kamu tertarik untuk mencoba link tes ketololan maka bersiaplah untuk mengisi jawaban dari beberapa pertanyaan yang tersedia.
Saat ini link tes ketololan cukup banyak peminatnya karena penasaran ingin mencoba apakah dirinya termasuk ke dalam kategori orang yang tolol atau tidak.
Kendati tes ini bukan ilmiah, tetapi bisa menjadi sarana hiburan sekaligus menambah wawasan dan bahan evaluasi diri.
Apabila kamu mendapatkan skor akhir yang bagus maka tentu saja akan sangat menyenangkan karena kamu bisa jadi termasuk orang yang cerdas.
Baca juga: Kamu Tolol atau Tidak? Tes Ujian Ketololan Part 2
Namun apabila dirimu mendapatkan skor akhir yang kecil maka jangan berkecil hati, karena tes ini hanya sekadar hiburan.
Kamu harus optimis bisa melakukan yang lebih baik dengan cara belajar dan mengikuti beberapa tes ujian yang biasa kami bagikan.
Selain tes ketololan kami pun sudah membuat beberapa artikel tentang tes kepekaan, gagal move on, psikopat, dan masih banyak lagi.
Silakan akses beragam tes tersebut satu persatu untuk membuktikan bahwa kamu orang yang cerdas dalam beragam hal.
Mengapa Ada Tes Ketololan?
Ujian ketololan yang ramai di media sosial, seperti TikTok, adalah fenomena baru yang menarik perhatian banyak orang. Tes ini berupa formulir online yang berisi pertanyaan-pertanyaan ganjil atau jebakan logika.
Tes ini menjadi hiburan untuk menguji tingkat ketololan walau tidak ilmiah. Orang-orang mengikuti tes ini pada umumnya untuk menjadikan media hiburan yang kemudian hasilnya dibagikan ke teman-teman.
Dalam tes yang dibagikan kali ini terdapat empat kategori, yaitu: 0-100: tolol dari lahir, 200-300: tolol sampai ke tulang-tulang, 400: belum terlalu tolol, dan 500: aman, tidak tolol.
Sekali lagi jika kamu mendapatkan skor yang kecil jangan sampai berkecil hati karena hanya tes ini.
Beberapa faktor yang menjadi ciri kecerdasan seseorang adalah kemampuan belajar, kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, belajar dari kesalahan, dan adaptasi terhadap situasi dan tantangan baru. Tes kebodohan tidak dapat menjadi patokan untuk mengukur kecerdasan secara keseluruhan.
