BANDUNG, JABAR EKSPRES – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Barat memprihatinkan. Dinas Pemperdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Bencana (DP3AKB) Jabar klaim sebagai indikator kesuksesan sosialisasi berani lapor.
Mirisnya kasus kekerasan dan perempuan itu terlihat dari data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni). Berdasarkan sistem yang dikembangkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak itu, tercatat kasus di Jabar cukup banyak.
Pada 2023 ada 2.819 kasus kekerasan perempuan dan anak di Jabar. Jumlah itu jadi tertinggi jika dibanding provinsi lain. Jumlah itu juga naik jika dibanding 2022 yang tercatat ada 2.001 kasus.
Sedangkan pada 2024 ini, sejak 1 Januari hingga sekarang tercatat juga sudah ada laporan kasus masuk di Jabar. Jumlahnya 392 kasus. Terbanyak kedua setelah Jawa Timur.
BACA JUGA: 54 Ribu Kader Sekoper Cinta Diwisuda
Sekretaris DP3AKB Jabar, Eva Fandora mengungkapkan, tingginya kasus itu bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Salah satunya adalah sudut pandang positif bahwa program sosialisasi yang dilakukan DP3AKB untuk menstimulus para korban untuk berani melapor adalah berhasil.
“Sisi positifnya sekarang orang berani melapor. Mungkin dulu kasus juga banyak tapi orang tidak berani lapor,” katanya selepas Sosialisasi Media Ramah Anak, Senin (25/3).
Eva melanjutkan, sosialisasi yang dimaksud salah satunya melalui program Jabar Berani Cegah Tindakan Kekerasan (Jabar Cekas). Salah satunya yang dikampanyekan adalah berani melapor.
Selain itu, saat ini mekanisme pelaporan kasus juga telah banyak media yang bisa diakses. Mulai dari melalui UPTD di tingkat daerah, hingga memanfaatkan aplikasi Sapawarga.
BACA JUGA: Kunjungi Korban Longsor di KBB, Atalia akan Siapkan Trauma Healing
Eva menguraikan, dari laporan-laporan yang masuk tentu dinas akan langsung bergerak untuk penanganan. Mekanismenya melalui dinas terkait di tingkat kota kabupaten atapun lewat sejumlah mitra yang telah berkolaborasi dengan dinas.
Tingginya kasus kekerasan itu tentu jadi perhatian DP3AKB. Dinas juga telah banyak melakukan berbagai program pencegahan selain menindaklanjuti kasus yang telah mencuat. Misalnya melalui Puspaga, termasuk Sekoper Cinta.