JABAR EKSPRES – Jumlah sebaran kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung, saat ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan catatan pada tahun lalu. Hal itu dilihat dari perbedaan angka pada periode yang sama, minggu kedua bulan Maret.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani menuturkan, angka tersebut bahkan melebihi temuan kasus pada 2023. Dimana pada tahun itu, kasus DBD mencapai 1.865 orang yang terinfeksi.
“Namun sekarang di tahun 2024 sampai dengan minggu kedua bulan Maret, ini sudah mencapai 1.741. Jadi memang ada peningkatan kasus jika dibandingkan dengan tahun 2023 kemarin,” ungkap Ira kepada wartawan, Senin (18/3).
Menurutnya, cuaca ekstrem yang melanda Kota Bandung beberapa waktu lalu, dianggap sebagai salah satu penyebab lonjakan kasus DBD. Pada momen ini nyamuk aedes aegypt terus bertelur dan bereproduksi. Bahkan menempelkan telur-telur ke dinding permukaan air.
“(Lalu) saat musim kemarau panjang airnya surut, sementara telur aedes aegypt ini bisa bertahan sampai setahun lebih. Ketika kita sekarang masuk musim penghujan permukaan air naik,” ujarnya.
“Jadi si telur yang menempel di dinding dinding itu sekarang kerendem air. Begitu telurnya terendam air, telur tersebut menetas jadi nyamuk aedes aegypt dewasa yang menjadi penular virus dengue,” jelas Ira.
Diketahui hingga saat ini ada sebanyak enam orang warga Kota Bandung yang tercatat meninggal dunia disebabkan diserang penyakit demam berdarah dengue (DBD). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat, hal ini terjadi selama periode Januari – Maret 2024.
Ira menuturkan, dalam periode tersebut, kasus DBD mengalami kenaikan apabila dibandingkan tahun lalu. “Dari Januari 615 kasus lebih tinggi dibanding Januari (tahun) kemarin, ada 321 kasus,” tutur Ira Dewi Jani saat dikonfirmasi, belum lama ini.
“Memang, kasusnya meninggi walau di Februari tercatat menurun 251 kasus, tapi memang belum semua laporan dari fasilitas kesehatan terkumpul,” sambungnya.
Dia menambahkan, adapun kasus korban meninggal dunia akibat DBD, mayoritas merupakan warga yang berusia anak-anak. Menurutnya, masih terdapat laporan kasus DBD yang belum terkumpul.