BACA JUGA: Potensi Besar, Budidaya Ikan di Jabar Perlu Dikembangkan
Diungkapkan Elpi, kebanyakan masyarakat lebih suka dilakukan fogging dibanding kerja bakti membersihkan lingkungan.
Bahkan permintaan fogging dari masyarakat akan melonjak begitu masuk musim pancaroba.
“Memang sudah beberapa orang yang minta fogging dengan kita, tapi itu bukan solusi yang efektif untuk berantas DBD,” ungkapnya.
Elpi memaparkan, untuk kegiatan fogging sebetulnya tak bisa sembarangan, sebab hanya dilakukan begitu ada kasus, tapi bukan untuk mencegah.
Hal itu dikarenakan selain akan menyebabkan gangguan pernapasan dan penyakit kronis lainnya, terlalu sering melakukan fogging juga dapat menyebabkan nyamuk jadi kebal terhadap pestisida.
“Kalau sering-sering dilakukan fogging nyamuk bisa kebal. Mereka dapat beradaptasi, makanya fogging adalah opsi terakhir yang kita lakukan,” paparnya.
BACA JUGA: Terjerat Kasus Narkoba, Seorang Anggota Polres Banjar Dipecat Tidak Hormat
Elpi mengimbau, agar masyarakat kembali menggalakan PSN melalui gerakan 3M serta 4 M Plus artinya, yakni menutup, menguras, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, serta memantau jentik nyamuk seminggu sekali.
“Plus di sini artinya menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk melakukan larvasida dan menggunakan kelambu,” imbuhnya.
Ditegaskan Elpi, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa yang tidak bedanya dengan obat nyamuk bersamaan.
“Jadi, fogging biasanya hanya dilakukan di luar rumah. Belum lagi efek lainnya dari zat yang dipakai saat fogging,” tegasnya.
“Sangat manjur PSN ini untuk mencegah penyebaran nyamuk DBD, tapi sulit masyarakat menuntut yang simple,” pungkas Elpi. (Bas)