JABAR EKSPRES – Mengajarkan anak untuk puasa setengah hari sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat. Ternyata hal ini tidak dianjurkan, karena dalam islam tidak ada istilah puasa setengah hari.
Anak-anak yang sudah mulai ikut puasa, selama ini diajarkan dengan cara dua kali puasa, yakni puasa pertama dari sebelum subuh hingga dzuhur. Saat dhuhur ini, anak-anak boleh membatalkan puasanya dan berbuka, makan dan minum secukupnya, lalu dilanjut untuk puasa kedua dari Dhuhur sampai Magrib.
Baca juga : Ini Dia Waktu Ideal Anak Mulai Belajar Puasa, Orang Tua Wajib Tahu!
Ternyata menurut ustadz Kholid Basalamah mengajarkan anak hingga dhuhur saja tidak ada dalam syariat Islam. Hal ini diungkapkannya dalam salah satu unggahannya di kanal Youtube Khalid Basalamah Official. Yang melarang untuk mengajarkan anak tidak sampai magrib.
“Jangan pernah menggunakan istilah puasa setengah hari, ini gak bener, gak ada puasa setengah hari, yang ada puasa full,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan jika memang anak tidak kuat untuk puasa full dan batal saat dhuhur atau ashar, hal itu jelas disebut membatalkan puasanya.
“Tapi jangan bilang anakku hebat bisa puasa setengah hari, karena memang tidak ada yang namanya puasa setengah hari,” tegasnya.
Ustadz Khalid juga menyayangkan bahwa tradisi itu sudah turun temurun dijalankan, bahkan dianggap sebagai sebuah prestasi jika memiliki anak kecil bisa belajar puasa hingga dhuhur.
“Jangan ini diturun temurunkan, seakan-akan memang ada puasa setengah hari dalam syaruat kita. ndak ada puasa setengah hari maka seharusnya dijauhi puasa setengah hari.
Baca juga : Kapan Puasa Ramadhan 2024 Dimulai, Apakah Akan Ada Perbedaan lagi Tahun Ini?
Dia juga memberikan tips untuk orang tua agar mengajarkan anak berpuasa, dengan cara memberikan motivasi kepada anak agar mau puasa sampai magrib. Karena sudah banyak ditemui anak-anak kecil juga mampu puasa hingga full.
“Jika anak kita sudah batal, maka jelaskan bahwa puasanya telah batal, motivasi agar besok puasa lagi sampai full, dan ingat puasa setengah hari jangan dijadikan sebagai prestasi, karena tidak ada dalam syariat kita,” pungkasnya.